Bagikan:

JAKARTA – Banyak yang mengira penambangan Bitcoin (BTC) lebih boros energi daripada aktivitas lain. Namun, benarkah demikian? Para peneliti telah memaparkan hasil temuannya dengan membandingkan penggunaan energi Bitcoin dan sistem perbankan tradisional.

Hasil temuan tersebut mengungkapkan bahwa sistem perbankan ternyata lebih banyak mengkonsumsi energi daripada Bitcoin. Penelitian dilakukan oleh salah satu perusahaan uang kripto, Galaxy Digital.

Mereka merilis hasil temuannya pada Jumat 14 Mei. Hasil temuan yang telah diterbitkan itu berjudul “Ihwal Konsumsi Energi Bitcoin: Pendekatan Kuantitatif terhadap Pertanyaan Subjektif”.

Melansir Cointelegraph, hasil laporan tersebut disusun oleh tim divisi penambangan Galaxy. Studi mengklaim penggunaan energi listrik tahunan dari aktivitas Bitcoin berkisar pada 113,89 terawat per jam. Jumlah ini meliputi aktivitas penambangan Bitcoin, konsumsi daya node dan sejenisnya.

Tim Galaxy Digital menilai jumlah ini lebih rendah dari total penggunaan energi yang digunakan oleh sistem perbankan dan industri emas per tahunnya. Selain itu, konsumsi energi Bitcoin juga terbilang transparan dan gampang dilacak secara real time dengan mamakai tool Indeks Konsumsi Listrik Bitcoin Cambridge.

“Industri perbankan tidak secara langsung melaporkan data konsumsi listrik,” tulis laporan tersebut sebagaimana yang dikutip dari Cointelegraph pada Selasa 18 Mei.

Pihak Galaxy Digital juga mengungkap konsumsi energi yang digunakan oleh pusat perbankan, ATM, bank cabang, dan jaringan kartu. Semua itu mengkonsumsi energi sebanyak 263,72 TWh dalam skala global. Sedangkan industri emas menyedot daya sebesar 260,61 TWh per tahunnya sebagaimana yang diprediksi Galaxy Digital.

Riset konsumsi energi Bitcoin (Galaxy Digital)

Hasil riset itu juga menyebutkan bahwa ladang minyak saat ini telah menghasilkan 40 persen energi dunia. Di sisi lain, ladang minyak itu juga kerap menghasilkan metana dengan efek rumah kaca yang lebih merusak lingkungan.

“Penambangan Bitcoin menawarkan solusi,” tulis laporan tersebut. “Perusahaan seperti Great American Mining, Upstream Data, dan Crusoe Energy System tengah membangun infrastruktur untuk menangkap metana ini di atas sumur (ladang minyak) dan menggunakan gas yang terbuang untuk menambang Bitcoin.”

“Hal ini berarti produsen minyak dapat memastikan pengurangan emisi 24 kali lipat dibandingkan dengan membuang metana ke atmosfer,” tulis laporan Galaxy Digital seperti yang dikutip dari Bitcoin Magazine, Senin 17 Mei.

Galaxy Digital merilis laporan tersebut setelah Elon Musk mengumumkan bahwa Tesla sudah tidak menerima Bitcoin sebagai alat pembelian mobil listriknya. Keputusan bos Tesla itu didasarkan pada konsumsi energi Bitcoin sangat tinggi dan membahayakan lingkungan karena emisi karbon yang dihasilkannya.