JAKARTA – Pemerintah Norwegia membentuk komite ahli yang berfungsi untuk mengevaluasi vaksin Covid-19 setelah adanya efek samping yang cukup serius setelah penggunaan Johnson & Johnson dan AstraZeneca.
Kedua merek vaksin tersebut tampaknya tidak direkomendasikan oleh komite ahli untuk disuntikan kepada orang-orang. Lars Vorland selaku ketua komite ahli tersebut memberikan laporan kepada pemerintah Norwegia.
Laporan tersebut berisi “tidak merekomendasikan penggunaan vaksin vektor adenoviral dalam program imunisasi nasional.”
“Ini tentu saja karena efek samping yang serius,” kata Vorland.
Namun, sampai saat ini menteri Kesehatan Norwegia, Bent Hoie belum memberikan pernyataan resminya terkait penggunaan vaksin Johnson & Johnson dan AstraZeneca.
Sampai pertengahan Maret, tercatat pemerintah Norwegia telah menyuntikkan 134.000 vaksin AstraZeneca kepada penduduknya. Terdapat 5 kasus trombosis parah terjadi pada usia muda, tiga di antaranya berakibat kritis. Dua penerima vaksin yang lain meninggal akibat pendarahan otak, sebagaimana yang dilansir dari CNBC.
Pada 11 Maret, pemerintah Norwegia akhirnya menangguhkan vaksin AstraZeneca setelah ditemukan adanya efek samping yang memiliki potensi fatal.
BACA JUGA:
Langkah tersebut ditindak lanjuti pada 15 April, di mana otoritas kesehatan Norwegia menyarankan untuk menghentikan vaksin AstraZeneca. Sebelum melakukan itu, pemerintah terlebih dulu membentuk komite ahli untuk melakukan pemeriksaan terhadap risiko setelah penyuntikkan vaksin AstraZeneca dan Johnson & Johnson.
Sebelumnya, WHO dan Badan Obat Eropa menyarankan penggunaan vaksin AstraZeneca dan Johnson & Johnson karena bisa memberikan manfaat yang lebih besar ketimbang risikonya.
Tetangga dekat Norwegia, Denmark dikabarkan telah mencabut penggunaan vaksin AstraZeneca dan Johnson & Johnson. Denmark sudah resmi menghentikan kedua vaksin tersebut secara massal. Namun, kelompok usia tertentu dikabarkan masih mendapatkan vaksin AstraZeneca.