Bagikan:

JAKARTA – Kemunculan Bitcoin dan uang kripto secara menyeluruh yang  diminati masyarakat luas telah mengguncang sistem keuangan yang diatur oleh bank sentral dunia. Belum lama ini, seorang penulis buku The Black Swan: The Impact of the Highly Improbable bernama Nassim Nicholas Taleb turut meramaikan pro kontra uang kripto.

Kritikan kepada uang digital masih terdengar lantang, demikian pula dengan dukungan terhadapnya. Penulis buku itu melontarkan kritikan dengan mengatakan bahwa uang kripto tersebut merupakan gimmick dan mirip dengan skeman Ponzi atau penipuan.

Alasan penulis itu, Bitcoin sangat tidak stabil dan tidak bisa dijadikan sebagai mata uang. Dia juga mengatakan bahwa uang kripto itu tidak bisa dijadikan pelindung nilai terhadap inflasi. Meskipun, pada dasarnya, inflasi dan Bitcoin tidak ada hubungannya sama sekali.

“Pada dasarnya tidak ada hubungan antara inflasi dan Bitcoin. Tidak ada. Maksud saya, Anda bisa mengalami hiperinflas dan Bitcoin menjadi nol. Tidak ada hubungannya di antara mereka,” ujar Taleb dalam wawancara CNBC International, Sabtu, 24 April.

Tidak sampai di situ saja, penulis esai itu juga menuding bahwa Bitcoin sangat mirip dengan skema Ponzi. Sebagai informasi, skema ini merupakan salah satu mekanisme penipuan di mana pelaku mencuri uang investor dan menutupinya dengan cara menyebarkan dana yang dicuri tersebut kepada para klien.

Penulis itu mengaku merasa tertipu oleh Bitcoin. Pasalnya, Taleb pernah memprediksi bahwa uang kripto tersebut bisa berkembang hingga menjadi alat transaksi. Setelah mengetahui kenaikan dan penurunan harga Bitcoin yang tajam, Taleb meragukan prediksinya sendiri.

“Sesuatu yang bergerak 5 persen sehari, 20 persen per bulan, naik atau turun tidak bisa menjadi mata uang. Ini hal yang lain,” katanya.

Dia juga menambahkan jika Bitcoin tidak mendapat dukungan pemerintah, maka uang kripto itu hanya menjadi sekadar spekulasi. Hal ini membuat uang kripto itu menyerupai permainan.

Harga Bitcoin sendiri mengalami penurunan drastis dalam beberapa hari terakhir. Penurunan ini disebabkan oleh kebijakan yang dikeluarkan presiden AS, Joe Biden yang akan menaikkan pajak dengan minimum penghasilan tertentu.