Bagikan:

JAKARTA – Carbon Digital Conference, pertemuan tahunan di Indonesia yang membahas teknologi efisiensi energi, telah digelar beberapa waktu lalu. Salah satu topik yang dibahas adalah aluminium rendah karbon.

Acara yang digelar pada 9 hingga 11 Desember ini mendatangkan pakar dari berbagai penjuru dunia, di antaranya pemain digital inovatif, pembeli kredit karbon global, hingga pengembang proyek karbon. Seluruh pakar ini fokus pada target netralitas karbon pada 2050.

Beberapa perusahaan juga hadir di acara tersebut, salah satunya RUSAL yang merupakan produsen aluminium rendah karbon yang mendukung teknologi ramah lingkungan. Perusahaan ini menyampaikan kontribusi mereka dalam mengurangi emisi karbon. 

“Menjaga lingkungan kita merupakan salah satu prioritas RUSAL. Kami bangga dapat menyampaikan solusi dan produk inovatif terbaik untuk mengurangi emisi karbon skala dunia," kata Representative Director RUSAL untuk Asia Tenggara dan Taiwan Kevin Kong Wen Hao.

Kevin menambahkan bahwa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung ekonomi karbon global. Jika melakukan pendekatan baru yang berkaitan dengan isu lingkungan, Indonesia dapat mencapai komitmen dari Perjanjian Paris. 

"Pembangunan berkelanjutan membutuhkan pendekatan baru yang efektif dalam mengatasi tantangan kemanusiaan yang beragam," ujar Kevin. "Kami percaya bahwa upaya kita bersama menuju arah ini akan bermanfaat bagi seluruh dunia."

Sebagai produsen aluminium rendah karbon terbesar di dunia, RUSAL berhasil mengurangi emisi karbon secara global. Hal ini didukung oleh kebutuhan aluminium pada rantai pasukan global, baik untuk penambangan bauksit, transportasi, hingga teknologi. 

Pada tahun lalu, RUSAL memproduksi aluminium rendah karbon sebanyak 4 juta ton. Aluminium ini membantu para konsumennya dalam melacak dan mengurangi emisi Scope 3 mereka. Pencapaian ini sejalan dengan target penurunan karbon pemerintah Indonesia. 

Untuk meraih karbon netral pada 2050, pemerintah ingin memangkas emisi gas rumah kaca senilai ekuivalen karbon dioksida 140 juta ton di tahun 2030. Pemerintah juga berusaha menjalankan berbagai inisiatif, salah satunya produksi baterai menjadi 140 GWh per tahun 2030.