JAKARTA - Hedera (HBAR) menjadi sorotan di pasar kripto dengan kenaikan harga hingga 31% dalam sepekan terakhir. Bahkan, dalam satu bulan terakhir, aset digital ini melonjak hampir 200%. Kenaikan positif ini tidak terlepas dari adopsi institusional, kemitraan strategis, serta inovasi teknologi yang menjadikan Hedera sebagai salah satu proyek blockchain paling menjanjikan.
Salah satu faktor utama pendorong pertumbuhan Hedera adalah pendekatan biaya transaksi tetap yang dianggap ideal untuk aplikasi bisnis. Dell, melalui Wakil Presidennya Don Ripske, memuji model ini dan menyebutnya relevan untuk kebutuhan perusahaan besar. Jaringan Hedera saat ini telah mencatat lebih dari 71 miliar transaksi dengan kapasitas hingga 10.000 transaksi per detik (TPS).
Selain itu, Hedera menjalin kerja sama dengan Monetary Authority of Singapore (MAS) untuk pembayaran lintas negara. Baru-baru ini, Canary Capital juga mengajukan proposal ETF HBAR, yang menjadi langkah signifikan dalam meningkatkan aksesibilitas dan kepercayaan investor ritel.
BACA JUGA:
Dari sisi teknologi, Hedera telah mengadopsi protokol keamanan tahan kuantum. Inovasi ini menjadi solusi penting di tengah ancaman komputasi kuantum terhadap enkripsi tradisional, sekaligus memperkuat posisi Hedera sebagai pelopor keamanan blockchain.
Integrasi dengan sistem pembayaran FedNow melalui Dropp juga menjadi terobosan besar. Langkah ini membuka peluang baru dalam infrastruktur pembayaran federal, mempertegas peran Hedera di sektor keuangan.
Saat ini, HBAR diperdagangkan di angka 0,152 dolar AS (sekitar Rp2.401) dengan kapitalisasi pasar mencapai 5,8 miliar dolar AS (Rp91,64 triliun). Meski indikator teknikal menunjukkan potensi konsolidasi jangka pendek, sejumlah upaya strategis dan inovasi yang dilakukan Hedera Hashgrap menjadikannya sebagai salah satu pemain penting dalam ekosistem blockchain global.