Bagikan:

JAKARTA - Sebuah kelompok peretas yang diduga memiliki hubungan dengan negara China telah berhasil menembus sistem Singapore Telecommunications (SingTel) pada Juni lalu. Peretasan ini diduga bagian dari kampanye global yang menargetkan perusahaan telekomunikasi dan operator infrastruktur kritis, seperti dilaporkan Bloomberg News pada Selasa, 5 November.

Peneliti menyatakan bahwa pelanggaran ini dilakukan oleh kelompok peretas bernama Volt Typhoon, seperti yang diungkapkan oleh dua orang yang mengetahui masalah tersebut.

"Pihak kami mendeteksi adanya malware pada bulan Juni, yang kemudian segera ditangani dan dilaporkan kepada otoritas terkait. Tidak ada data yang diambil, dan layanan tetap berjalan tanpa gangguan," ungkap seorang juru bicara SingTel dikutip VOI dari Reuters.

Namun, pihak SingTel tidak dapat memastikan apakah insiden tersebut adalah kejadian yang sama seperti yang dilaporkan Bloomberg, dengan mengatakan, "Kami tidak memberikan komentar atas spekulasi."

Liu Pengyu, juru bicara Kedutaan Besar China di Washington, menyatakan kepada Bloomberg bahwa ia tidak mengetahui detail spesifiknya, namun secara umum, China tegas menentang dan memerangi serangan siber serta pencurian data. Kedutaan China tidak segera menanggapi permintaan komentar dari media.

Volt Typhoon juga diketahui telah menyusup ke sektor infrastruktur kritis di Amerika Serikat, termasuk di bidang telekomunikasi dan energi. Namun, China mengklaim bahwa badan keamanannya telah mempublikasikan bukti yang menunjukkan bahwa kelompok ini terkait dengan organisasi ransomware internasional.

Bloomberg melaporkan bahwa peretasan SingTel ini diduga sebagai uji coba oleh China untuk serangan siber yang lebih besar di masa depan terhadap perusahaan telekomunikasi AS. Informasi dari insiden tersebut menawarkan wawasan baru mengenai peningkatan serangan siber yang dicurigai dilakukan oleh China, yang menargetkan infrastruktur kritis di luar negeri.