Bagikan:

JAKARTA – Program satelit militer JP9102 yang diumumkan pemerintah Australia pada tahun 2021 tidak berjalan dengan baik. Proyek senilai 5 miliar dolar AS (Rp78 triliun) ini resmi dibatalkan pada 4 November lalu.

Dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Spacenews, Departemen Pertahan Australia menjelaskan bahwa proyek JP9102 sudah tidak sejalan dengan tujuan strategisnya. Saat ini, mereka fokus pada ruang angkasa multi-orbit untuk meningkatkan keamanan dan ketahanan.

Pihak Departemen Pertahanan juga mengatakan bahwa satelit telah berevolusi. Menurut mereka, pendekatan orbit geostasioner (GEO) tunggal telah ketinggalan zaman jika dibandingkan dengan solusi satelit di Orbit Bumi Menengah (MEO) dan Orbit Rendah Bumi (LEO). 

"Departemen Pertahanan telah menilai bahwa sistem komunikasi satelit berbasis GEO orbit tunggal tidak akan memenuhi prioritas strategis," kata lembaga tersebut. "(kami) memutuskan untuk menghentikan aktivitas pengadaannya saat ini dengan Lockheed Martin Australia."

Ini merupakan kabar buruk bagi Lockheed, pemimpin konsorsium industri yang menerima kontrak pengembangan JP9102 sekitar 18 bulan yang lalu. Tak hanya Lockheed Martin, program ini juga diberikan kepada Inovor Technologies, EM Solutions, dan DXC.

Menanggapi batalnya proyek pengembangan tiga satelit geostasioner, Asosiasi Industri Luar Angkasa Australia (SIAA) mengatakan bahwa keputusan ini merupakan sebuah kemunduran. SIAA mengatakan bahwa program ini telah merugikan Lockheed serta perusahaan antariksa lainnya.

"Lockheed Martin dan perusahaan lain telah berinvestasi dalam persiapan program tersebut, dan telah menciptakan lapangan kerja berteknologi tinggi di seluruh negeri,” kata SIAA.

Menurut SIAA, program ini memiliki banyak manfaat. Selain menciptakan lapangan pekerjaan, pemerintah Australia dapat menciptakan teknologi terbaik berbasis ruang angkasa yang dapat membantu pertahanan negara sehingga batalnya program ini merupakan suatu kemunduran. 

"Jika program tersebut dilanjutkan, program ini akan berkembang menjadi ratusan lapangan kerja berteknologi tinggi, peningkatan keterampilan tenaga kerja yang signifikan, peluang ekspor, (dan teknologi terbaik di masa depan)," ungkap SIAA.