JAKARTA - Apple telah mengejutkan dunia teknologi dengan mengakuisisi Pixelmator, pengembang perangkat lunak terkenal yang menawarkan aplikasi edit gambar populer seperti Pixelmator, Photomator, dan Pixelmator Pro. Pengumuman ini, yang masih menunggu persetujuan dari regulator, memunculkan banyak spekulasi di kalangan pengguna dan penggemar setia perangkat lunak Pixelmator.
Pixelmator dikenal sebagai aplikasi edit gambar yang tangguh dan berbiaya rendah, sering dianggap sebagai alternatif terbaik untuk Adobe Photoshop. Selama 17 tahun, Pixelmator telah berkembang menjadi aplikasi yang kuat dan disukai karena kecepatannya serta pembaruan rutin yang dilakukan oleh tim pengembang. Banyak pengguna memilih Pixelmator Pro bukan hanya karena harganya yang terjangkau, tetapi juga karena fiturnya yang setara dengan aplikasi kelas dunia.
Dengan adanya akuisisi ini, para pengguna Pixelmator berharap Apple akan membantu aplikasi ini menjangkau lebih banyak pengguna serta mendapatkan akses ke lebih banyak sumber daya pengembangan. Banyak yang optimistis bahwa langkah ini akan membuat Pixelmator Pro bisa hadir di iPad, sebuah langkah yang selama ini diidamkan oleh pengguna setia. Meskipun ada versi iPad dari Pixelmator standar, hadirnya Pixelmator Pro di iPadOS tentu akan menjadi kabar baik bagi para kreator yang menggunakan tablet sebagai perangkat utama mereka.
Namun, akuisisi Apple sebelumnya menyisakan kekhawatiran bagi para pengguna. Contohnya adalah aplikasi Dark Sky, yang awalnya sangat populer di kalangan pengguna Android dan iOS sebagai aplikasi prakiraan cuaca yang akurat.
Setelah diakuisisi Apple pada 2020, Dark Sky dihapus dari Android, dan dua tahun kemudian Apple sepenuhnya mengintegrasikan fitur-fiturnya ke dalam aplikasi Cuaca di iOS. Kejadian serupa dialami Workflow, aplikasi otomasi yang dibeli Apple pada 2018 dan kemudian diluncurkan ulang sebagai Shortcuts dengan akses lebih dalam ke sistem operasi iOS dan macOS, membuatnya semakin bermanfaat bagi pengguna.
Pro dan Kontra
Pixelmator kini menghadapi nasib serupa. Di satu sisi, ada kemungkinan besar bahwa aplikasi ini akan dipertahankan dengan pembaruan berkelanjutan, bahkan mungkin akan diintegrasikan dengan lebih dalam ke ekosistem Apple. Di sisi lain, Apple mungkin akan menggabungkan fitur-fitur Pixelmator ke dalam rangkaian aplikasi produktivitasnya, seperti Pages, Numbers, dan Keynote, sehingga berpotensi menghapus merek Pixelmator yang telah dikenal selama 17 tahun.
Langkah akuisisi ini juga mencerminkan upaya Apple untuk tetap relevan di pasar perangkat lunak kreatif, terutama di tengah ketidakpuasan beberapa pengguna terhadap Adobe yang terus menaikkan biaya langganan dan memperketat akses lisensi. Dengan mengakuisisi Pixelmator, Apple memiliki kesempatan untuk mempertahankan pangsa pasar ini dan menawarkan alternatif yang kuat kepada pengguna kreatif.
BACA JUGA:
Pixelmator sendiri telah memastikan bahwa tidak akan ada perubahan besar "saat ini," tetapi penggunaan kata-kata tersebut mengisyaratkan kemungkinan perubahan di masa mendatang. Para pengguna hanya bisa berharap bahwa pengalaman positif yang sudah lama mereka nikmati dengan Pixelmator akan terus berlanjut dan bahkan meningkat di bawah kendali Apple.
Harapannya, Apple tidak hanya mempertahankan Pixelmator sebagai aplikasi independen tetapi juga memberikan sumber daya dan dukungan penuh untuk pengembangannya, termasuk kemungkinan membawa Pixelmator Pro ke iPad.
Apakah ini akan menjadi langkah yang tepat bagi Apple untuk memperkuat posisinya di pasar perangkat lunak kreatif atau justru ancaman bagi eksistensi aplikasi yang telah berusia puluhan tahun ini? Hanya waktu yang akan menunjukkan bagaimana nasib Pixelmator di tangan Apple.
Satu hal yang pasti, akuisisi ini membuka babak baru bagi Pixelmator, dan para pengguna berharap ini adalah babak yang lebih cerah.