Bagikan:

JAKARTA - Rusia menggunakan kecerdasan buatan (AI) generatif untuk meningkatkan kampanye disinformasi terhadap Ukraina, ungkap seorang pejabat tinggi Ukraina kepada Reuters pada Rabu di sela-sela konferensi siber, menyebutnya sebagai ancaman global.

"Tahun ini, kami melihat intensitas serangan siber dari Rusia terus berlanjut, namun lebih berfokus pada disinformasi," kata Wakil Menteri Luar Negeri Ukraina, Anton Demokhin, dikutip VOI dari Reuters.

"AI generatif memungkinkan narasi disinformasi diproduksi secara massal dan disebarluaskan dengan cara yang lebih kompleks," tambahnya.

Kampanye disinformasi baru ini sulit dideteksi, dengan aktivitas palsu yang luas di media sosial untuk meningkatkan kredibilitasnya. Pejabat Ukraina pada Agustus lalu juga mengungkap bahwa banyak warga Ukraina menjadi sasaran disinformasi daring yang berasal dari dinas intelijen FSB Rusia dan badan intelijen militer Rusia.

Sebagai tanggapan, Moskow menuduh Ukraina dan Barat melancarkan perang informasi canggih terhadap Rusia.

Pada Senin, 14 Oktober, pejabat intelijen AS mengungkapkan bahwa Rusia termasuk di antara negara-negara yang menggunakan alat AI untuk mencoba mempengaruhi pemilih Amerika menjelang pemilihan presiden November mendatang.

Demokhin, yang berbicara di sela-sela acara Singapore International Cyber Week, mengatakan bahwa Ukraina telah melacak kampanye disinformasi Rusia di berbagai negara dan menyarankan bahwa negara-negara perlu bekerja sama untuk mengatasi disinformasi tersebut.

Demokhin juga menyebutkan bahwa Ukraina menggunakan AI generatif untuk melacak kampanye disinformasi, namun menolak berkomentar apakah Ukraina melakukan serangan siber ofensif.

Sementara itu, OpenAI, sebuah organisasi riset AS, mengungkap pada bulan Mei bahwa mereka telah mengidentifikasi dua operasi pengaruh tersembunyi dari Rusia yang menggunakan alat mereka untuk membela invasi Rusia ke Ukraina di platform media sosial seperti Telegram dan X, meskipun jangkauannya terbatas.

Lebih dari tiga perempat warga Ukraina mendapatkan berita mereka dari media sosial, menurut sebuah studi yang dipesan oleh USAid pada tahun 2023.

Serangan siber Rusia lainnya, menurut Demokhin, semakin menargetkan rantai pasokan dan infrastruktur penting Ukraina, dengan menyerang perusahaan yang menyediakan komponen utama seperti sensor atau meteran listrik.

Reuters, mengutip sumber-sumber, melaporkan pada bulan Juni bahwa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) sedang menyelidiki dugaan serangan siber Rusia terhadap infrastruktur sipil Ukraina sebagai kejahatan perang. Demokhin menyebutkan bahwa Ukraina bekerja sama erat dengan ICC dalam penyelidikan tersebut dan telah mencapai beberapa terobosan baru.