Bagikan:

JAKARTA – Peluncuran iPhone 16 yang dinantikan di berbagai belahan dunia diwarnai oleh aksi protes di sejumlah Apple Store di Amerika Serikat dan beberapa negara lain. Para demonstran yang terdiri dari mantan dan karyawan Apple serta aktivis hak asasi manusia menyerukan boikot terhadap produk Apple. Mereka menuduh perusahaan tersebut terlibat dalam krisis kemanusiaan di Republik Demokratik Kongo dan konflik antara Gaza dan Israel.

Aksi protes ini dilakukan di lebih dari selusin kota, termasuk Tokyo, London, dan New York, di tengah kemeriahan peluncuran iPhone terbaru. Para demonstran mengklaim bahwa Apple berkontribusi pada kekerasan yang terjadi di Kongo dan mendukung situasi konflik di Gaza melalui aktivitas bisnisnya.

Seorang demonstran yang diidentifikasi sebagai "Lucy" dalam laporan Bristol Post mengatakan bahwa mereka menuntut pertanggungjawaban Apple atas dugaan keterlibatannya dalam apa yang disebut sebagai "genosida di Kongo dan Palestina."

Apple dituduh terus mendapatkan bahan mineral dari Kongo, seperti emas, tantalum, timah, dan tungsten (sering disebut sebagai "3T") yang digunakan dalam produk-produk mereka, termasuk iPhone. Meskipun Apple dikabarkan memutuskan hubungan dengan beberapa pemasok di Kongo pada 2019, mereka tetap mendapatkan bahan mentah dan barang jadi dari pemasok lain di wilayah tersebut.

Apple juga dituding terlibat di Israel, di mana mereka memiliki pusat penelitian dan pengembangan terbesar kedua yang telah beroperasi sejak 2015. Pada April 2024, sekitar 300 karyawan Apple mendesak perusahaan untuk lebih banyak mendukung komunitas Palestina.

Lucy, salah satu pengunjuk rasa, menyoroti bahwa milisi yang didukung oleh Uganda dan Rwanda mencuri coltan dari Kongo dan melakukan pembunuhan, pemerkosaan, serta memperbudak warga lokal untuk menambang bahan tersebut dalam kondisi yang berbahaya. "Apple membeli coltan ini," katanya. Konflik bersenjata di Kongo antara pemerintah dan pemberontak yang didukung Rwanda telah berlangsung sejak tahun 1990-an.

Protes ini juga terkait dengan ketidakpuasan atas sikap Apple dalam menyikapi perang di Gaza. Pada Oktober 2023, CEO Apple Tim Cook menyampaikan simpati kepada para korban konflik, namun setelah itu tidak ada tanggapan lebih lanjut dari perusahaan. Pada November 2023, Apple sempat menutup sementara saluran Slack yang digunakan oleh karyawan Muslim dan Yahudi, yang kemudian menimbulkan kontroversi.

Selain itu, insiden pada April 2024, di mana seorang karyawan Apple Store di Chicago dipecat karena mengenakan keffiyeh, sebuah pakaian tradisional Palestina, memicu aksi protes yang lebih besar di depan Apple Store Lincoln Park di Chicago. Aksi ini dipelopori oleh kelompok bernama Apples4Ceasefire, yang mengadvokasi gencatan senjata di Gaza.

Para pengunjuk rasa dalam peluncuran iPhone 16 mendesak konsumen untuk memboikot produk Apple dan berhenti berlangganan layanan seperti iCloud+ dan Apple Music sebagai bentuk protes terhadap dugaan keterlibatan Apple dalam krisis kemanusiaan di Kongo dan konflik Israel-Palestina.