Bagikan:

JAKARTA – Berkat dukungan data dari teknologi pemantau bulan, NASA berhasil membuat peta gerhana yang sangat akurat. Hasil perhitungan data ini diklaim lebih tepat dari metode perhitungan secara tradisional.

Sebelum teknologi ini ada, para astronom menghitung periode gerhana menggunakan tabel elevasi dan plot tepi bulan. Meski hasilnya sudah cukup akurat, astronom bisa mendapatkan hasil yang lebih baik dengan menggunakan Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO).

Teknologi yang sudah beroperasi selama 15 tahun ini dirancang untuk membuat peta 3D Bulan. Menurut pernyataan NASA, data topografi bulan yang digabungkan dari pengamatan LRO dapat membuat peta gerhana dengan akurasi yang lebih tinggi.

Ernie Wright, Pembuat Visualisasi di NASA, mengatakan bahwa gerhana matahari total pada tahun 2017 merupakan peta gerhana pertama yang dibuat dengan sangat baik. Pasalnya, peta ini menunjukkan bentuk yang sebenarnya dari bayangan pusat Bulan.

Bayangan pusat ini disebut sebagai umbra oleh Wright. Umbra merupakan lubang kecil di tengah gambar Matahari yang diproyeksikan, tempat yang sulit dijangkau oleh gambar Matahari apa pun. Namun, berkat LRO, bentuk ini berhasil divisualisasikan dengan baik.

Visualisasi yang dihasilkan LRO menunjukkan sesuatu yang belum pernah terlihat sebelumnya, yaitu bentuk bayangan Bulan yang sebenarnya dan sering berubah-ubah seiring waktu. Visualisasinya juga menampilkan efek tepi Bulan yang akurat dan medan Bumi.

"Kami telah menerbitkan peta dan film gerhana yang menunjukkan bentuk bayangan pusat Bulan yang sebenarnya,” kata Wright. "Orang-orang bertanya, mengapa bentuknya seperti kentang, bukan oval yang mulus? Jawaban singkatnya adalah Bulan bukanlah bola yang benar-benar mulus."