JAKARTA - CEO JPMorgan, Jamie Dimon, memberikan pandangan yang tajam dan berbeda terkait langkah Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan suku bunga. Di tengah banyak pihak yang menganggap pemotongan suku bunga ini sebagai sinyal positif bagi pemulihan ekonomi, Dimon justru mengingatkan adanya tantangan ekonomi yang lebih mendalam dan kompleks di depan.
Dalam sebuah konferensi di Universitas Georgetown, sehari sebelum The Fed menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin, Dimon menegaskan bahwa pemotongan ini seharusnya tidak terlalu dibesar-besarkan. Menurutnya, apakah pemotongan suku bunga mencapai 25 atau 50 basis poin, dampaknya terhadap ekonomi tidak akan signifikan. “Itu tidak berarti banyak,” ujar Dimon, seraya menekankan bahwa isu sebenarnya bukanlah perubahan suku bunga, melainkan kekuatan ekonomi yang lebih luas.
Meski mendukung kebijakan moneter longgar yang diterapkan oleh The Fed dan memuji upaya Ketua Jerome Powell, Dimon tetap menyoroti ancaman inflasi dan stagflasi. Menurutnya, inflasi masih menjadi masalah utama yang belum terselesaikan, dan meskipun ada indikasi penurunan inflasi, risiko stagflasi—gabungan dari inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang stagnan—masih tetap ada.
BACA JUGA:
Dilansir dari Bitcoin.com News, Dimon memperingatkan bahwa meski pemotongan suku bunga mungkin memberikan sedikit kelonggaran bagi pasar, masalah ekonomi yang lebih besar seperti defisit anggaran dan pengeluaran pemerintah yang terus meningkat bisa memicu lonjakan inflasi kembali. Dengan adanya tekanan ini, ia memprediksi bahwa suku bunga bisa naik hingga 7%, yang tentunya akan memberikan dampak besar pada perekonomian Amerika Serikat.
Salah satu hal yang cukup menarik dari pernyataan Dimon adalah sikapnya yang mengesampingkan perdebatan seputar apakah ekonomi AS akan mengalami “pendaratan lunak” atau “pendaratan keras”. Pendaratan lunak merujuk pada skenario di mana ekonomi berhasil melambat tanpa memicu resesi, sementara pendaratan keras mengacu pada potensi resesi yang lebih parah. Dimon berpendapat bahwa terlalu banyak fokus pada pendaratan ini justru mengalihkan perhatian dari masalah utama yang harus segera diatasi. “Sebagian besar dari kita telah melalui semua itu, itu tidak terlalu penting,” tegasnya.
Di balik semua kekhawatiran ini, Dimon juga mengingatkan bahwa meskipun inflasi tampak mulai mereda, ekonomi AS belum sepenuhnya keluar dari zona bahaya. Ia memprediksi bahwa kemungkinan resesi masih signifikan, terutama jika pemerintah gagal mengatasi risiko fiskal seperti defisit dan pengeluaran yang berlebihan.