Bagikan:

JAKARTA - TÜV Rheinland Indonesia, bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), sukses menyelenggarakan seminar bertajuk “Securing the Core: Empowering Critical Sector with OT Security”.

Acara yang dihadiri lebih dari 200 peserta ini menampilkan para ahli keamanan siber yang berdiskusi tentang pentingnya pengamanan teknologi operasional (OT) di sektor-sektor kritis. 

Menurut perusahaan itu, sistem OT ini memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan sistem IT karena kerentanan terhadap serangan siber yang meningkat. 

“Tujuan dari seminar ini adalah untuk memberikan sosialisasi terkait regulasi yang telah diterbitkan dalam Perpres No. 82 Tahun 2022, serta meningkatkan kesadaran akan tingginya potensi serangan siber pada infrastruktur OT,” kata Nyoman Susila, Managing Director TÜV Rheinland Indonesia dalam keterangan tertulisnya. 

Y.B. Susilo Wibowo, Sekretaris Utama BSSN juga turut menyampaikan bahwa tujuan dari seminar ini adalah untuk meningkatkan kesadaran keamanan, khususnya terkait teknologi operasional (OT) yang berperan penting dalam industri.

“Keamanan OT di sektor IIV harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah gangguan yang bisa berdampak luas pada aktivitas dan perekonomian masyarakat,” tambah Susilo. 

Dengan Indonesia yang menghadapi lebih dari 3.300 serangan siber setiap minggunya, Manuel Diez, Global Field Manager I.07 Cyber Security and Functional Safety dari TÜV Rheinland, menekankan bahwa kesadaran akan sistem OT sangat penting. Jika tidak, Manuel menambahkan, kerugian akibat kejahatan siber OT ini diperkirakan dapat mencapai hingga triliunan dolar AS pada tahun 2026 secara global.