Bagikan:

JAKARTA - Palo Alto Networks, pemimpin keamanan siber global, baru-baru ini menerbitkan laporan State of OT Security: Panduan Komprehensif untuk Tren, Risiko, dan Ketahanan Siber

Dalam laporan yang melibatkan 1.979 pemimpin bisnis teknologi operasional (OT) dan IT di seluruh dunia ini mengungkapkan bahwa 76,5 persen responden dari Indonesia menyatakan bahwa organisasi mereka pernah mengalami serangan siber di lingkungan OT dalam satu tahun terakhir.

Selain itu, frekuensi serangan ini juga cukup mengkhawatirkan, di mana 38,5 persen responden Indonesia mengaku bahwa organisasi mereka biasanya mengalami serangan setiap bulannya, dan 30,8 persen si antaranya terpaksa menghentikan operasi industri mereka karena berhasil diserang. 

Menurut Country Manager Indonesia di Palo Alto Networks, Adi Rusli, serangan-serangan ini dapat memberikan dampak finansial yang signifikan dan menyebabkan terhentinya operasional perusahaan jika perusahaan tidak siap menghadapi serangan siber yang kompleks.

Situasi yang membahayakan ini kemudian mendorong para pelaku industri untuk meningkatkan fokus pada keamanan lingkungan OT, di mana 70,6 persen pemimpin OT dan IT di Indonesia menganggap hal ini sebagai prioritas utama. 

Namun, laporan ini melihat ada hampir 40 persen organisasi yang bahkan tidak berencana untuk membuat perubahan terhadap anggaran keamanan OT mereka.

“Lonjakan serangan yang menargetkan para operator industri semakin menekankan pentingnya langkah-langkah proaktif untuk mengurangi risiko dan memastikan ketangguhan sistem industri yang kita miliki,” tambah Adi.

Salah satu langkah proaktif dalam mengurangi risiko ini adalah dengan penerapan pendekatan Zero Trust untuk keamanan OT, dimana 47,6 persen responden dari kalangan industri menyetujui pendekatan ini sebagai strategi yang tepat.

Selain itu, Adi juga mengatakan bahwa pendekatan yang didukung oleh AI serta sistem keamanan terpadu di seluruh ekosistem merupakan garda terdepan dalam upaya pengamanan.

“Sehingga menawarkan kemampuan yang unggul dalam menganalisis dan mengidentifikasi pola ancaman yang mungkin terjadi dengan cepat, bahkan sebelum serangan terjadi,” pungkasnya.