Bagikan:

JAKARTA - Ripple, raksasa perusahaan pembayaran lintas batas berbasis blockchain, kembali menjadi sorotan terkait kritik tajam yang dilontarkan oleh Stuart Alderoty, Chief Legal Officer (CLO) Ripple, terhadap regulator keuangan di Amerika Serikat. 

Alderoty menuding lembaga seperti Securities and Exchange Commission (SEC) dan Federal Reserve AS menggunakan kripto sebagai kambing hitam dalam isu pencucian uang, sementara perbankan tradisional tetap dilindungi meskipun terlibat dalam skandal yang serupa. 

Kritik ini menyoroti perbedaan perlakuan terhadap industri kripto dan lembaga keuangan konvensional yang lebih mapan, meskipun kontribusi pencucian uang di kedua sektor tersebut tidak sebanding.

Alderoty dalam unggahannya di platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) mengatakan bahwa klaim pencucian uang adalah masalah kripto tidaklah benar. Dia menyoroti bahwa New York Federal Reserve sendiri terlibat dalam transfer uang bernilai ratusan juta dolar (sekitar Rp1,6 triliun), tetapi tidak menghadapi kritik yang sama seperti kripto. 

"Sebagian orang mengatakan pencucian uang adalah masalah kripto. Itu tidak benar. Tanyakan saja kepada New York Federal Reserve, yang membiarkan ratusan juta dolar lolos begitu saja," tulis Alderoty dikutip dari CoinSpeaker.

Selain itu, pengacara pro-kripto John Deaton, yang baru saja memenangkan pemilihan pendahuluan Partai Republik di Massachusetts, juga mengkritik Senator Elizabeth Warren yang secara terbuka menyerang industri kripto. Dalam wawancaranya dengan WBUR, Deaton menegaskan bahwa hanya kurang dari 1% transaksi Bitcoin dan kripto lainnya digunakan untuk aktivitas ilegal, jauh lebih rendah dibandingkan dengan transaksi di sektor perbankan tradisional. 

Data dari United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) menunjukkan bahwa bank-bank besar AS, seperti HSBC, JPMorgan, dan Bank of America, terlibat dalam pencucian uang senilai antara 800 miliar dolar AS hingga 2 triliun dolar AS (antara Rp12.800 triliun hingga Rp32.000 triliun) setiap tahunnya. 

Deaton menyoroti bagaimana lembaga-lembaga keuangan konvensional sering kali lolos dari pengawasan ketat, meskipun terlibat dalam kasus-kasus besar seperti HSBC yang pernah mencuci hampir 900 juta dolar AS (Rp14,4 triliun) untuk kartel narkoba.

Tidak hanya itu, sejumlah tokoh kripto juga melontarkan kritikan terhadap senator AS Elizabeth Warren yang anti kripto dan berencana memerangi industri ini. Dua tokoh kripto Anthony Scaramucci dan Mark Cuban, menilai Warren sebagai seorang hipokrit. Scaramucci bahkan menyebut Warren dan Gary Gensler sebagai "sumbu kejahatan regulasi" yang terus menerus menekan industri kripto tanpa dasar yang jelas.