JAKARTA - TikTok secara agresif menurunkan konten-konten misinformasi dan video kekerasan terkait kudeta pemerintahan Myanmar. Hal ini dilakukan untuk menghindari konten propaganda yang banyak disebarluaskan lewat platform video kreatif itu.
Melansir The Verge, pemerintah Myanmar telah memposting ratusan video ke TikTok sejak militernya mengkudeta pemerintahan pada Februari 2021. Informasi itu dilaporkan oleh Rest of World.
Racism and violence against Asian Pacific Islander communities has grown during the COVID-19 pandemic. We stand with our API communities against racism and hate. #StopAPIHate
— TikTok (@tiktok_us) February 13, 2021
Video tersebut berisikan propaganda pro pemerintah dan informasi yang salah yang dimaksudkan untuk membingungkan para demonstran selain itu ada juga video-video ancaman dari tentara menggunakan senjata yang diarahkan ke demonstran.
"Promosi kebencian, kekerasan, dan informasi yang salah sama sekali tidak memiliki tempat di TikTok," kata juru bicara TikTok dalam sebuah pernyataan, Selasa, 23 Maret.
Video tersebut berisikan propaganda pro pemerintah dan informasi yang salah yang dimaksudkan untuk membingungkan para demonstran selain itu ada juga video-video ancaman dari tentara menggunakan senjata yang diarahkan ke demonstran.
BACA JUGA:
"Ketika kami mengidentifikasi situasi yang meningkat pesat di Myanmar, kami dengan cepat memperluas sumber daya khusus kami dan selanjutnya meningkatkan upaya untuk menghapus konten yang melanggar," lanjutnya.
TikTok sendiri telah menghapus beberapa videonya ancaman kekerasan yang diunggah selama kudeta Myanmar. TikTok berjanji akan terus melakukan investigasi yang signifikan untuk menanggapi ancaman baru untuk menjaga platformnya tetap aman.