JAKARTA – Seorang pebisnis berusia 44 tahun di Hong Kong menjadi korban penipuan kripto yang merugikan hingga 3,11 juta dolar Hong Kong atau sekitar Rp6 miliar. Kejadian ini mengungkap modus operandi pelaku yang menggunakan uang kertas palsu untuk menipu korbannya.
Insiden ini terjadi di Nathan Road, Hong Kong, ketika korban diperlihatkan tiga bundel uang kertas 1.000 dolar Hong Kong. Setelah itu, ia diminta untuk mentransfer stablecoin USDT senilai 3,11 juta dolar Hong Kong (sekitar 399.000 dolar AS atau Rp6.384.000.000) ke dompet digital yang ditentukan oleh pelaku.
Menurut laporan South China Morning Post, "Kecuali dua lembar uang asli yang ditempatkan di atas dan bawah setiap bundel, uang lainnya adalah uang pelatihan palsu." Ketika korban meminta untuk memeriksa uang kertas tersebut, dua pelaku yang berpura-pura sebagai karyawan kantor menolak dengan alasan belum mendapat instruksi dari manajer melalui telepon. Merasa curiga, korban segera melaporkan kejadian tersebut ke polisi.
Polisi Hong Kong berhasil menangkap tiga orang terkait penipuan ini. Seorang pria berusia 24 tahun dan seorang wanita berusia 42 tahun ditangkap di lokasi kejadian. Selain itu, seorang pria lainnya juga ditangkap setelah polisi menemukan 10.978 lembar uang palsu 1.000 dolar Hong Kong di kantor Mong Kok, tempat transaksi palsu tersebut terjadi. Ketiganya ditahan dengan tuduhan memperoleh properti melalui penipuan dan memiliki uang kertas palsu.
BACA JUGA:
Penipuan Kripto di Hong Kong Meningkat
Kasus penipuan kripto di Hong Kong menunjukkan tren peningkatan. Pada tahun 2024, polisi mencatat adanya 1.693 "uang pelatihan" dalam tiga kasus penipuan kripto lainnya. Sebagai salah satu pusat kripto utama di Asia, Hong Kong menghadapi tantangan besar dalam menangani aktivitas penipuan ini. Otoritas setempat telah meningkatkan kemampuan mereka untuk melacak kegiatan pencucian uang yang melibatkan aset digital.
Komisi Sekuritas dan Berjangka Hong Kong (SFC) telah memperketat pengawasan terhadap entitas kripto yang mencurigakan. Pada bulan ini, SFC mengeluarkan peringatan terhadap tujuh platform perdagangan kripto yang beroperasi secara ilegal tanpa lisensi yang tepat di wilayah tersebut.
Sejak Januari 2020, SFC telah mempertahankan daftar peringatan yang mencakup 39 entri. Pada tahun 2024 saja, 28 bursa kripto telah masuk dalam daftar ini, termasuk Taurusemex, Yomaex, Bitones.org, BTEPRO, CEG, XTCQT, dan Bstorest.
Dengan meningkatnya aktivitas penipuan, Hong Kong terus memperkuat regulasi dan pengawasan untuk melindungi investor serta menjaga integritas pasar kripto. Langkah-langkah ini mencakup peningkatan kemampuan penegakan hukum dan pengawasan ketat terhadap platform perdagangan kripto.
Menurut laporan dari CoinTelegraph, Hong Kong telah berhasil membangun pengalaman signifikan dalam menangani kasus kripto, memungkinkan otoritas untuk lebih efektif dalam melacak dan menindak kegiatan pencucian uang. Selain itu, otoritas juga gencar memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai risiko dan cara menghindari penipuan kripto.
Kasus ini menyoroti pentingnya edukasi dan kehati-hatian bagi para investor dalam menghadapi risiko investasi kripto. Dengan volatilitas pasar kripto yang tinggi dan banyaknya modus penipuan, investor harus selalu waspada dan melakukan riset mendalam sebelum melakukan transaksi.
Laporan dari CryptoSlate menunjukkan bahwa meskipun ada banyak risiko, peluang keuntungan di pasar kripto tetap menarik bagi banyak investor. Namun, untuk mengurangi risiko, investor disarankan untuk bertransaksi hanya melalui platform yang memiliki reputasi baik dan teregulasi dengan baik.