JAKARTA – Resurs-P1, satelit penginderaan jarak jauh Rusia, mengalami ledakan dengan intensitas rendah pada 26 Juni lalu. Meski tidak besar, ledakan ini telah menciptakan ratusan keping sampah di orbit.
LeoLabs, penyedia layanan pelacak komersial, melaporkan kejadian ini pertama kali. Meski penyebabnya belum diketahui, LeoLabs yakin bahwa ledakan ini terjadi karena tabrakan atau masalah dari dalam wahana antariksanya.
Ada lebih dari seratus kepingan puing yang berhasil dilacak oleh sensor berbasis darat, tetapi puingnya diperkirakan lebih dari itu. LeoLabs memperkirakan bahwa pecahan Resurs-P1 mencapai 250 serpihan dalam ketinggian 500 kilometer dari Bumi.
"Meskipun sebagian besar awan puing belum dianalisis secara menyeluruh, penilaian awal kami menyimpulkan bahwa penyebab paling mungkin dari peristiwa tersebut adalah ledakan berintensitas rendah," kata LeoLabs melalui LinkedIn pada 3 Juli lalu.
Perusahaan itu menambahkan bahwa ledakan Resurs-P1 bisa dipicu oleh rangsangan eksternal seperti sampah antariksa berukuran kecil atau kegagalan sistem propulsi. Walaupun meledak, satelit ini tidak hancur sepenuhnya.
BACA JUGA:
Sybilla Technologies, perusahaan observasi luar angkasa asal Polandia, juga mengamati ledakan Resurs-P1. Dilansir dari Spacenews, perusahaan itu melaporkan bahwa satelit utama belum berpindah tempat dan berputar dengan periode dua hingga tiga detik.
Ledakan satelit milik Rusia ini memang tidak menyerang astronot atau objek antariksa lainnya, tetapi tetap berbahaya di masa mendatang. Ratusan puing Resurs-P1 saat ini sedang berada di ketinggian yang sama dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Selain itu, ada juga Stasiun Luar Angkasa Tiangong milik China dan beberapa satelit operasional dari berbagai negara. Seluruh puing ini akan berada di Orbit Rendah Bumi (LEO) selama beberapa minggu atau bulan hingga akhirnya membusuk di atmosfer.