Bagikan:

 JAKARTA- Pemerintah Jepang memproyeksikan bahwa kebutuhan output listrik negara akan meningkat sebesar 35% hingga 50% pada tahun 2050. Peningkatan ini didorong oleh permintaan yang terus tumbuh dari pabrik semikonduktor dan pusat data yang mendukung kecerdasan buatan (AI). Hal ini diketahui  menurut dokumen pemerintah yang diterbitkan pada  Senin, 13 Mei.

Output listrik diperkirakan akan naik dari 1 triliun kilowatt-jam (kWh) yang diproyeksikan untuk dekade ini menjadi sekitar 1,35-1,5 triliun kWh pada tahun 2050 untuk memenuhi permintaan. Hal ini disebabkan oleh pembangunan lebih banyak pusat data, pabrik chip, dan bisnis lain yang memerlukan konsumsi energi tinggi.

Peningkatan permintaan ini akan menjadi yang pertama dalam 20 tahun terakhir dan membutuhkan investasi besar-besaran dalam sumber daya listrik, sebut dokumen tersebut. Tanpa peningkatan output energi terbarukan, suplai listrik yang stabil bisa menjadi tidak pasti, tambah pemerintah, saat mereka mulai merancang strategi baru tentang dekarbonisasi dan kebijakan industri yang direncanakan selesai pada akhir Maret 2040.

Jepang, yang sangat bergantung pada pasokan bahan bakar fosil dari Timur Tengah, tahun lalu mengesahkan undang-undang yang bertujuan mempromosikan investasi dekarbonisasi senilai lebih dari 150 triliun yen (Rp15,5 kuadraliun) di sektor publik dan swasta selama 10 tahun.

Negara ini mengandalkan sel surya generasi berikutnya yang dikenal sebagai sel surya perovskite, ladang angin lepas pantai terapung, pengaktifan kembali pembangkit listrik tenaga nuklir, dan pengenalan reaktor generasi berikutnya untuk memenuhi permintaan tersebut, menurut dokumen tersebut.