Bagikan:

JAKARTA – ispace, perusahaan pengembang robot antariksa, mendukung keikutsertaan Jepang di Perjanjian Artemis. Menurut ispace, kesepakatan antara Jepang dan AS untuk misi Artemis akan menguntungkan negara.

Kepala Eksekutif ispace Takeshi Hakamada mengatakan bahwa bergabungnya Jepang ke dalam misi Artemis akan menggali pasar baru yang sangat potensial, khususnya bagi ispace. Kesepakatan ini mungkin akan membutuhkan pendarat buatan Jepang.

Berdasarkan perjanjian yang disepakati Jepang dan AS, Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA) akan menyediakan robot penjelajah untuk misi Artemis pada awal tahun 2030-an. Ada kemungkinan JAXA membutuhkan jasa perusahaan seperti ispace.

"Kami percaya bahwa perjanjian Jepang-AS mengenai program Artemis, yang dibuat pada bulan April tahun ini, menciptakan lingkungan bisnis yang cukup positif bagi kami untuk bekerja sama dan berkontribusi kepada pemerintah," kata Takeshi, dikutip dari Spacenews.

Takeshi yakin bahwa NASA, yang memimpin misi Artemis, akan membutuhkan robot pendarat bulan kecil seperti yang ispace kembangkan saat ini. Oleh karena itu, Takeshi sangat mendukung perjanjian antara Jepang dan AS untuk misi Artemis.

“Sejumlah misi eksplorasi ilmiah dan demonstrasi teknologi menggunakan pendarat kecil kemungkinan besar akan diperlukan,” kata Takeshi. “Setelah misi berawak dimulai, misi tambahan dengan menggunakan pesawat pendarat kecil juga akan diperlukan.”

Saat ini, ispace sedang mengembangkan tiga pendarat Mission 2 (M2) untuk mengumpulkan sampel regolit di Bulan. Rencananya, pendarat ini akan diluncurkan dengan Falcon 9 milik SpaceX. Selain itu, ispace cabang AS sedang membuat APEX 1.0.

Di bawah kontrak perusahaan antariksa Draper, pendarat APEX 1.0 akan diluncurkan di misi Layanan Payload Bulan Komersial (CLPS) NASA pada tahun 2026. Pendarat ini mampu mengangkut 300 kilogram muatan, tetapi NASA hanya akan mengirim 95 kilogram muatan.