JAKARTA - Dennis Kowalski, Presiden Cryonics Institute di Michigan, membela praktik pembekuan tubuh sebagai upaya "perjuangan yang baik" dalam mengejar kemungkinan hidup kembali di masa depan. Institusi ini telah membekukan lebih dari 100 tubuh, termasuk seorang gadis Inggris berusia 14 tahun yang meninggal karena kanker, serta setidaknya 125 hewan peliharaan.
Kowalski, yang juga mendaftar untuk layanan tersebut, menyatakan bahwa pasien tidak memiliki apa pun untuk kehilangan dan segalanya untuk dimenangkan dari praktik yang diragukan itu. Dia menegaskan bahwa alternatif seperti pemakaman atau kremasi tidak akan membawa pemulihan, pembaharuan, atau pembalikan pada tubuh.
Meskipun banyak ilmuwan memperingatkan bahwa kriogenik menawarkan 'harapan palsu,' Kowalski berpendapat bahwa ini adalah pilihan terbaik bagi mereka yang berharap dibangkitkan kembali setelah kematian. Dia mencatat bahwa bahkan jika orang-orang yang dibekukan akhirnya hidup kembali, mereka dapat bangun sebagai 'klon mirip zombie' dari diri mereka yang lalu.
Cryonics Institute didirikan pada tahun 1976 oleh Robert Ettinger, yang dikenal sebagai 'bapak Cryonics,' dan saat ini merupakan laboratorium kriogenik terbesar di dunia. Institut ini menawarkan layanan pemeliharaan tubuh penuh dengan biaya mulai dari 28.000 dolar AS (Rp441,7 juta), yang biasanya dibayarkan melalui asuransi jiwa.
Praktik kriogenik, yang melibatkan pembekuan tubuh-tubuh manusia yang telah meninggal, adalah fenomena global. Di Cryonics Institute, ada berbagai jenis orang, termasuk koki, mahasiswa, sekretaris, profesor, dan hewan peliharaan yang disimpan dalam nitrogen cair.
BACA JUGA:
Namun, praktik kriogenik ini juga menghadapi berbagai kritik dan debat etis. Beberapa ilmuwan dan ahli menekankan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan kemungkinan keberhasilan dalam menghidupkan kembali tubuh yang telah dibekukan. Selain itu, ada keprihatinan tentang dampak emosional dan etis atas praktik ini, terutama dalam konteks biaya yang tinggi dan harapan palsu yang mungkin dibuat.
Tidak hanya itu, kebutuhan akan regulasi yang lebih ketat dalam industri kriogenik juga telah disoroti. Diperlukan aturan dan standar yang jelas untuk memastikan praktik kriogenik dilakukan dengan etika dan integritas, serta untuk melindungi kepentingan dan hak-hak individu yang terlibat.
Dalam kasus yang luar biasa pada tahun 2016, terjadi perdebatan sengit tentang etika cryo-freezing setelah seorang gadis berusia 13 tahun dari London yang didiagnosis menderita kanker langka mengumumkan keinginannya untuk diawetkan setelah semua pilihan pengobatan gagal.
Dengan berbagai pertimbangan etis, ilmiah, dan finansial yang terlibat dalam praktik kriogenik, diskusi terus berlanjut tentang nilai, keberlanjutan, dan implikasi dari mempertahankan tubuh manusia dalam kondisi beku dengan harapan untuk hidup kembali di masa depan.