JAKARTA - Setelah kurang lebih dua minggu pasca Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) menyetujui ETF Bitcoin Spot, harga Bitcoin mengalami fluktuasi yang membuat investor merasa campur aduk.
Bahkan, beberapa waktu lalu harga Bitcoin pernah mencapai di bawah 40.000 dolar AS (Rp633 juta), turun 20,6 persen dari level tertingginya 49.000 dolar AS (Rp775,8 juta), yang terjadi pada 11 Januari lalu.
Menurut Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, harga Bitcoin saat ini sangat penting di 40.000 dolar AS (Rp633 juta), dan banyak yang khawatir bahwa pasar bearish akan berlanjut hingga halving pada bulan April.
BACA JUGA:
Selain itu, Fyqieh juga mengatakan bahwa ketidakpastian terkait data ekonomi ini membuat sulit untuk memprediksi pemulihan harga Bitcoin dalam waktu dekat. “Ada kemungkinan harga Bitcoin akan tetap berada di sekitar 40.000 dolar AS (Rp633 juta) hingga Februari 2024,” kata Fyqieh, dikutip Jumat, 26 Januari.
Sehingga untuk saat ini, Fyqieh menambahkan, belum ada kepastian terkait pemulihan karena masih banyaknya ketidakpastian di pasar. “Kemungkinan besar tujuan saat ini berada pada 36.000 dolar AS (Rp569,9 juta) jika kondisi pasar masih terus memburuk menjelang Februari nanti," analisis Fyqieh.
Dengan kondisi ini, Fyqieh melihat para trader dan investor cenderung menunggu situasi menjadi lebih pasti karena saat ini Bitcoin berada dalam kondisi yang sangat tidak stabil dengan volume transaksi yang menurun.