JAKARTA - Iris Energy, perusahaan penambang Bitcoin yang terdaftar di bursa Nasdaq, mengumumkan peningkatan kapasitas operasionalnya menjadi 6 exahash per detik (EH/s) dan mengharapkan tambahan 4 EH/s akan online pada paruh pertama tahun 2024.
Informasi tambahan, exahash (EH) adalah satuan yang digunakan untuk mengukur jumlah hash yang dilakukan oleh penambang Bitcoin dalam satu detik. Hash adalah perhitungan matematika yang dilakukan oleh perangkat keras penambangan untuk mencoba menyelesaikan blok Bitcoin.
Peningkatan kapasitas ini didukung oleh penerapan perangkat keras penambangan baru yang dibeli dari Bitmain, produsen sirkuit terintegrasi khusus aplikasi (ASIC) terkemuka di dunia. Dalam enam bulan terakhir, Iris telah melaporkan beberapa pembelian rig penambangan Bitmain S21 dan T21 Antminers dengan total nilai mencapai $46,6 juta (Rp 729,7 miliar).
Selain itu, pada Desember 2023, Iris mengumumkan akuisisi dan perjanjian harga tetap untuk tambahan 10 EH/s dari penambang Bitmain T21. Dengan demikian, Iris Energy memproyeksikan peningkatan operasi penambangannya menjadi 10 EH/s pada penghujung paruh pertama tahun 2024.
Perusahaan ini juga menekankan lintasannya menuju pencapaian target 20 EH/s pada paruh kedua tahun 2024. Tujuan ambisius ini datang setelah Iris berhasil menggalang dana sebesar $200 juta (Rp 3,1 triliun) melalui penawaran saham perdana (IPO) di Nasdaq pada November 2023.
Iris Energy merupakan salah satu perusahaan penambang Bitcoin yang berkomitmen untuk menggunakan energi terbarukan dalam operasinya. Perusahaan ini memiliki fasilitas penambangan di British Columbia, Kanada, yang memanfaatkan listrik hidroelektrik murah dan bersih.
BACA JUGA:
Selain itu, Iris juga berencana untuk membangun fasilitas penambangan baru di Texas, Amerika Serikat, yang akan menggunakan energi angin dan surya. Perusahaan ini berharap dapat mengurangi jejak karbonnya dan meningkatkan efisiensi penambangannya.
Saham Iris Energy (IREN) tidak tampil sekuat pada tahun 2023, mengalami penurunan signifikan sebesar 47,2% terhadap dolar AS sejak awal tahun. Analisis terbaru oleh theminermag.com mengungkapkan bahwa perusahaan penambang yang terdaftar secara publik telah mengalami penurunan nilai sebesar $6 miliar (Rp 93,9 triliun) sejak awal tahun ini.
Penurunan ini sebagian disebabkan oleh fluktuasi harga Bitcoin, yang turun sekitar 25% sejak mencapai rekor tertinggi (ATH) di atas $69.000 pada November 2021 silam. Selain itu, perusahaan penambang juga menghadapi tantangan regulasi, kompetisi, dan risiko keamanan.
Meski demikian, Iris Energy tetap optimis dengan prospek jangka panjang penambangan Bitcoin dan berusaha meningkatkan skala dan kinerja operasionalnya. Perusahaan ini juga berencana untuk terus berinvestasi dalam teknologi dan inovasi untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya.