Bagikan:

JAKARTA - Bitcoin (BTC) telah menunjukkan performa yang mengesankan sepanjang tahun 2023. Ini terbukti saat Bitcoin sempat bertengger di 44.500 dolar AS (Rp696 juta) pada Jumat, 8 Desember. 

Meskipun pada awal pekan kedua Desember, BTC mengalami koreksi, Bitcoin berhasil pulih dan mencapai lebih dari 42.000 dolar AS (Rp655 juta) pada tanggal 14 Desember. 

Hal ini merupakan hasil dari keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunganya pada kisaran 5,25 - 5,5 persen, sambil mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga untuk tahun mendatang.

Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur, menjelaskan bahwa dari perspektif pasar kripto, kebijakan terbaru dari The Fed memberikan keyakinan bahwa kondisi makroekonomi AS akan menjadi lebih stabil. 

Prediksi jangka pendek menunjukkan bahwa pasar kripto kemungkinan akan tetap bullish hingga akhir tahun 2023 dan awal tahun 2024.

"Ini memberikan peluang bagi kenaikan harga BTC dalam jangka pendek, meskipun ada potensi koreksi yang lebih rendah," kata Fyqieh.

Meskipun situasi saat ini tampak stabil, Fyqieh menjelaskan bahwa tren harga Bitcoin dalam jangka pendek saat ini menunjukkan sentimen positif. Namun, ada indikasi kejenuhan dalam aksi pembelian yang dapat menghambat lonjakan harga BTC.

"Fungsi pergerakan di atas 44.000 dolar AS (Rp681 juta) dapat menarik minat lebih banyak trader untuk membuka posisi long, yang mungkin mengindikasikan akhir dari koreksi dan memicu reli sebelum Natal,” jelasnya lebih lanjut. 

“Langkah-langkah kunci selama beberapa minggu mendatang, termasuk mencapai level 45.000 dolar AS (Rp697 juta), dapat membuka pintu menuju level 48.000 dolar AS (Rp743 juta)," pungkas Fyqieh.