JAKARTA - Tidak hanya mengincar gim PC, laporan Kaspersky juga menemukan bahwa penjahat dunia maya juga banyak mengincar pemain gim seluler untuk menaruh program berbahaya ke perangkat pengguna.
Antara 1 Juli 2022 hingga 1 Juli 2023, Kaspersky telah berhasil mendokumentasikan 436.786 upaya menginfeksi perangkat seluler, yang berdampak pada 84.539 pengguna.
Berbagai judul gim pun dijadikan umpan untuk menyasar para gamer mobile. Penggemar Minecraft sekali lagi menjadi target utama, karena 90,37 persen serangan terfokus pada 80,128 gamer yang menjadi korban. Kaspersky juga menemukan hal serupa di PC dengan 70,29 persen.
Pengguna di Indonesia khususnya menghadapi eksploitasi melalui Minecraft, yang mengakibatkan serangan Trojan.AndroidOS.Pootel.a, yang secara diam-diam mendaftarkan langganan seluler.
Selanjutnya, PUBG: Battlegrounds Battle Royale, merupakan gim seluler kedua yang paling banyak dieksploitasi di kalangan penjahat dunia maya, menyumbang 5,09 persen dari seluruh peringatan, dengan sebagian besar insiden berasal dari pengguna Federasi Rusia.
Kemudian disusul oleh Roblox, dengan 3,33 persen yang menjadikannya berada di peringkat ketiga dalam hal deteksi tetapi kedua dalam jumlah pengguna yang terkena dampak.
Kaspersky juga menemukan munculnya SpyNote, Trojan mata-mata yang didistribusikan di antara pengguna Roblox di platform seluler Android dengan kedok mod. Trojan ini menunjukkan berbagai kemampuan mata-mata, termasuk keylogging, perekaman layar, streaming video dari kamera ponsel, dan kemampuan untuk menyamar sebagai aplikasi Google dan Facebook untuk menipu pengguna agar membocorkan kata sandi mereka.
BACA JUGA:
“Dalam industri gim yang dinamis, banyak data pribadi dan keuangan terkandung di dalamnya, dan penjahat dunia maya memanfaatkan peluang menarik ini,” kata Vasily Kolesnikov, pakar keamanan siber di Kaspersky.
Menurutnya, pencarian data pribadi yang tiada henti telah menyebabkan lonjakan serangan ransomware, bahkan berdampak pada gamer profesional yang bergantung pada permainan tanpa gangguan.
“Hal ini menggarisbawahi kebutuhan penting untuk meningkatkan kesadaran keamanan siber dalam komunitas gim,” pungkas Kolesnikov.