JAKARTA - Firma hukum yang berbasis di London, Allen & Overy, mengumumkan pada Kamis, 9 November bahwa mereka telah mengalami "insiden data" setelah postingan di media sosial menunjukkan bahwa akun mereka telah diretas oleh kelompok kejahatan cyber Lockbit.
Serangan tersebut, yang pertama kali dilaporkan oleh Financial Times, terjadi setelah tujuh negara, termasuk Amerika Serikat dan Britania Raya, pada bulan Juni menyebut Lockbit sebagai ancaman peretasan data teratas di dunia.
Jurubicara Allen & Overy mengatakan bahwa firma tersebut telah "mengalami insiden data yang memengaruhi sejumlah kecil server penyimpanan", namun email dan sistem manajemen dokumen mereka tidak terpengaruh.
Jurubicara tersebut juga mengatakan bahwa Allen & Overy mengalami "beberapa gangguan", namun firma tersebut tetap beroperasi secara normal.
"Dengan prioritas utama, kami sedang mengevaluasi data mana yang terdampak, dan kami sedang memberitahukan klien yang terkena dampak," tambah jurubicara tersebut. "Kami menyadari bahwa ini adalah masalah penting bagi klien kami dan kami sangat serius menghadapinya."
Lockbit mengaku bertanggung jawab atas peretasan ini dan memberikan tenggat waktu hingga 28 November kepada Allen & Overy untuk bernegosiasi, menurut situs web kelompok kriminal tersebut di dark web.
BACA JUGA:
Jurubicara Allen & Overy menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut mengenai insiden tersebut.
Lockbit telah mengklaim telah meretas sejumlah perusahaan terkemuka tahun ini, termasuk raksasa dirgantara Boeing dan Royal Mail Britania.
Pada bulan Juni, badan pengawas siber Britania dan Prancis memperingatkan bahwa peretasan semakin sering menargetkan firma hukum dalam upaya mencuri data yang dapat memengaruhi hasil dalam kasus hukum.
Serangan siber pada Allen & Overy menyusul konfirmasi bulan lalu mengenai penggabungannya dengan firma hukum Amerika Serikat Shearman & Sterling, untuk menciptakan salah satu praktik hukum terbesar di dunia.