Tak Berniat Buruk, Google Akui <i>Search Engine</i> Mereka Unggul Sehingga Bisnisnya Melebar
CEO Google Sundar Pichai bersaksi di sidang antitrust dengan pemerintah AS (foto: dok. Google)

Bagikan:

 

JAKARTA - Sidang antitrust Google dengan pemerintah Amerika Serikat (AS) masih belum menemukan hasil. Isi sidang terus berputar-putar di masa lalu, bahkan membahas hubungan antara Google dengan Microsoft.

Kemarin, CEO Google Sundar Pichai membahas peluncuran Microsoft Internet Explorer 7 (IE7) sekitar tahun 2005, menurut laporan The Verge. Mereka sempat memiliki masalah dengan fitur baru di IE7, yaitu kotak pencarian kecil di sebelah kanan URL browser.

Saat itu, semua orang yang menggunakan kotak pencarian itu akan diarahkan secara otomatis ke Microsoft Network (MSN). Selama 20 menit, Pichai menjelaskan bahwa mesin pencari bawaan IE7 memiliki kekurangan yang sangat nyata, tapi Microsoft begitu teguh dengan pilihannya.

Tindakan ini dianggap sangat tidak ramah kepada pengguna karena hanya sedikit orang yang mengetahui kotak pencarian otomatis IE7 dan para pekerja di Microsoft mengakui hal itu.

Melihat situasi ini, Google menawarkan solusi alternatif. Mereka menyarankan tambahan search engine atau mesin pencari milik Google di IE7 sehingga pengguna bisa memilih. Namun, Microsoft tetap pada pilihannya.

Perusahaan yang dianggap sebagai pemain teknologi yang dominan itu tetap memprioritaskan produk sendiri dan Pichai dapat menerimanya. Microsoft tidak melakukan perubahan pada search engine mereka dan tetap mengutamakan diri sendiri.

Berkaca pada kasus ini, Pichai berusaha menjelaskan bahwa search engine yang dimiliki oleh Google memang bagus dan hanya sebatas itu. Google mengambil alih banyak browser, dari komputer hingga seluler, karena produk mereka memang unggul.

Namun, rangkaian penjelasan Pichai ditanggapi dengan email tahun 2007 oleh Pengacara Departemen Kehakiman AS Meagan Bellshaw. Email itu menunjukkan bahwa orang yang beralih ke browser Google akan mendapatkan hasil penelusuran 15 persen lebih banyak.

Namun, ketika pengguna browser Google beralih ke browser lainnya, Google search akan menghasilkan penelusuran 27 persen lebih banyak demi meraup keuntungan di pasar search engine.

Dari data yang dimiliki Kehakiman AS, Google telah menghabiskan uang sekitar 26,3 miliar dolar AS (Rp417,9 triliun) demi menjadi search engine default atau bawaan. Namun, Pichai menegaskan bahwa seluruh kesepakatan terkait search engine ini lebih dari sekadar uang.

Menurut Pichai, kesepakatan ini tidak hanya menguntungkan Google, tetapi juga pihak lain yang bekerja sama seperti Samsung, HTC, hingga Motorola. Secara tidak langsung, Google ikut andil dalam mempromosikan perangkat.

Akan tetapi, ketika membahas kesepakatan antara Google dan Apple, Pichai menyatakan bahwa kesepakatan mereka memang bagus. Google hanya berusaha mengembangkan bisnis sehingga orang lebih banyak menggunakan search engine mereka.

Ketika search engine mereka lebih unggul, pihak yang menjalin kerja sama juga ikut terkena dampaknya, yaitu mendapatkan keuntungnya yang cukup bagus. Termasuk dalam kasus Apple, meski para eksekutif Apple menyatakan pendapatan bagi hasil ini menurun pada tahun 2018.