JAKARTA - Bitcoin diciptakan oleh Satoshi Nakamoto. Namun, nama tersebut masih diselubungi teka-teki. Pasalnya, Satoshi Nakamoto itu bukan nama orang, bukan pula nama algoritma AI.
Nama Satoshi Nakamoto ini adalah sebuah pseudonym atau nama samaran. Sejak 2008 sampai saat ini belum ada yang mampu mengungkap sosok atau kelompok dengan nama yang membuat mata uang digital Bitcoin itu.
Pada 2008, sosok bernama samaran Satoshi Nakamoto itu menerbitkan sembilan ‘whitepaper’ yang menyebut bitcoin pertama kalinya. Peer-to-peer electronic cash yang bisa disebut juga sebagai sistem elektronik yang bersifat gotong royong.
Tidak lama setelah itu, Satoshi Nakamoto meluncurkan perangkat lunak Bitcoin untuk yang pertama kali. Sosok misterius itu bermitra dengan para pengembang dan para pengkoding online untuk menghadirkannya kepada publik.
Bitcoin kemudian berkembang pesat hingga sosok misterius bernama Satoshi Nakamoto pun lenyap secara tiba-tiba. Berbagai pihak berusaha mengungkap sosok di balik nama ini namun selalu gagal.
Melansir Cryptopotato, kemudian spekulasi berkembang, ada yang berpendapat bahwa Satoshi Nakamoto merupakan sebuah akronim dari nama raksasa elektronik yaitu Samsung, Toshiba, Nakamichi, dan Motorola.
Sebagian lagi menyebutkan nama besar di balik sosok Satoshi Nakamoto. Ada yang mengaitkannya dengan Nick Szabo dan Hal Finney yang berperan sebagai kriptografer.
BACA JUGA:
Satoshi Nakamoto Tidak Percaya Sistem Perbankan
Sejumlah krisis yang melanda ekonomi Asia pada kurun 1997 hingga 1998 dan krisis Subprime Mortgage yang dialami Amerika Serikat (AS) menyisakan trauma berkepanjangan hingga berkurangnya kepercayaan banyak orang kepada bank sentral.
Waktu itu, bank sentral dipercaya oleh berbagai pihak sebagai bank yang mampu menjaga stabilitas keuangan. Namun, kepercayaan itu ternodai akibat krisis keuangan sehingga kepercayaan orang mulai meluntur.
Bubble credit (gelembung kredit) pun terjadi, ditambah lagi dengan pihak bank yang memungut biaya seenaknya sendiri. Hal ini membuat Bitcoin semakin cepat mencapai bentuk sempurnanya.
Satoshi Nakamoto tidak lagi menaruh kepercayaan kepada sistem perbankan konvensional, peristiwa itu mendorong Satoshi Nakamoto untuk menciptakan mata uang digital Bitcoin yang dapat dikirim ke mana pun lewat Blockchain. Pengiriman ini tidak lewat bank dan sejenisnya. Tak ada batasan jumlah transaksi dan transfer serta syarat dalam Bitcoin.
Kemunculan Bitcoin ini berdampak pada sistem keuangan perbankan. Pada 2019, Christine Lagarde selaku Managing Director IMF menyatakan bahwa Bitcoin “mengguncang” sistem perbankan. Lagarde pun menegaskan untuk memantau perkembangan mata uang kripto.
Pasalnya mata uang digital kripto, termasuk Bitcoin itu ‘terdesentralisasi’, yang artinya mata uang tersebut tidak bisa dikendalikan oleh bank sentral dari mana pun yang ada di dunia nyata.
“Saya pikir peran ditruptor dan apa pun yang menggunakan teknologi buku besar terdistribusi (distributed ledger technology), baik Anda menyebutnya crypto, aset, mata uang, atau apa pun... yang jelas-jelas mengguncang sistem,” kata Lagarde.
Yang jelas, popularitas Bitcoin semakin meroket setelah manusia terkaya di bumi, Elon Musk, mengumumkannya di Twitter dan kemudian memborong mata uang digital itu senilai puluhan triliun rupiah.