JAKARTA - Hampir dua tahun sejak kesepakatan diumumkan, pada Jumat, 13 Oktober kemarin, Microsoft akhirnya menyelesaikan akuisisinya terhadap Activision Blizzard senilai senilai 69 miliar dolar AS (Rp967 triliun).
Dalam sebuah email yang dikirimkan kepada karyawannya, bos Activision Blizzard, Bobby Kotick mengatakan akan tetap menjadi CEO hingga akhir tahun 2023, setelah Microsoft mengakuisisi penerbit Call of Duty.
“Saya sudah lama mengatakan bahwa saya berkomitmen penuh untuk membantu transisi ini. Phil telah meminta saya untuk tetap menjabat sebagai CEO ABK, melapor kepadanya, dan kami telah sepakat bahwa saya akan melakukannya hingga akhir tahun 2023," tulis Kotick dalam email tersebut, mengutip VGC.
"Kami berdua berharap dapat bekerja sama dalam integrasi yang lancar untuk tim dan pemain kami," tulis Kotick lebih lanjut.
Laporan awal menyatakan bahwa dia akan pergi kecuali akuisisi tersebut gagal mendapatkan persetujuan. Sekarang, dia sudah melapor ke Phil Spencer, dan mengatakan kepastiannya untuk hengkang dari perusahaan saat 2024 tiba.
BACA JUGA:
Kotick sudah lama menjadi tokoh kontroversial di perusahaannya. Di mana selama masa jabatannya, dia telah terlibat dalam beberapa skandal, termasuk tuduhan bahwa para eksekutif dengan sengaja mengabaikan atau berusaha meremehkan laporan pelecehan seksual dan diskriminasi gender.
Di sisi lain, kesepakatan ini menjadi akuisisi terbesar yang pernah dilakukan Microsoft, melebihi akuisisinya terhadap LinkedIn pada 2016 silam, dengan total kesepakatan 26 miliar dolar AS (Rp408 triliun), dan akuisisi terhadap Bethesda pada tahun 2021 sekitar 7,5 miliar dolar AS (Rp117 triliun).