JAKARTA - Pihak berwenang Venezuela melakukan penggerebekan besar-besaran di Pusat Lembaga Pemasyarakatan Nasional Tocoron di negara bagian Aragua pada tanggal 21 September. Dalam operasi ini, sekitar 11.000 tentara dan polisi gabungan berupaya mengambil alih lokasi tersebut dari Aragua’s Train, salah satu geng yang mengendalikan kompleks penjara tersebut.
Selama penggerebekan ini, aparat menemukan sejumlah barang yang tidak lazim ditemukan di dalam penjara, termasuk mesin penambangan Bitcoin yang tidak disebutkan jumlahnya.
Mesin penambangan BTC ini beroperasi di sebuah ruangan yang difungsikan sebagai fasilitas penambangan. Selain temuan rig mining, pihak berwenang juga menemukan beragam senjata perang, termasuk peluncur roket, granat, senapan, amunisi, dan bahkan ranjau C4.
Temuan mengejutkan lainnya berupa sejumlah fasilitas yang seharusnya tidak ada di dalam penjara seperti kolam renang, diskotek yang digunakan untuk pesta para narapidana, stadion bisbol, dan bahkan kebun binatang darurat ditemukan di kompleks tersebut. Jurnalis Rosibel Gonzalez juga melaporkan adanya sepeda, tempat penjual es krim, restoran, dan taman kanak-kanak di dalam penjara yang seharusnya dikenal dengan keamanannya.
Merespon hal ini, pihak berwenang berencana memindahkan lebih dari 1.600 narapidana ke pusat-pusat pemasyarakatan nasional lainnya, kemudian Pusat Lembaga Pemasyarakatan Nasional Tocoron akan ditutup.
BACA JUGA:
Nasib Penambang Bitcoin Legal
Sementara aktivitas penambangan Bitcoin di penjara Tocoron terungkap ke publik, penambang Bitcoin yang terdaftar dan legal di Venezuela masih menghadapi tantangan besar. Sunacrip, pengawas mata uang kripto Venezuela, mengalami gangguan sejak lebih dari enam bulan yang lalu karena intervensi pemerintah nasional.
Juan Blanco Bracamonte, seorang mantan penambang Bitcoin yang terpaksa meninggalkan aktivitasnya, mempertanyakan keberadaan pusat penambangan Bitcoin di dalam penjara. Dia mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting, termasuk siapa yang mengizinkan fasilitas mining ini, siapa yang mengelolanya, dan ke mana aliran dana yang dihasilkan dari aktivitas penambangan ini.
Mantan kepala Sunacrip, Joselit Ramirez, telah ditangkap karena diduga terlibat dalam skema korupsi senilai lebih dari $20 miliar (sekitar Rp300 triliun) yang melibatkan penjualan minyak dengan mata uang kripto untuk menghindari sanksi ekonomi. Sejak saat itu, ladang-ladang mata uang kripto yang terdaftar telah diputuskan dari jaringan listrik oleh perusahaan listrik negara, Corpoelec.
Alejandro Blanco, seorang penasihat dari Asonacrip, sebuah asosiasi mata uang kripto nasional, menyatakan keprihatinannya bahwa para penambang yang telah mematuhi hukum saat ini berada dalam bahaya besar akibat tindakan ini.