Mengenal Apa Itu IOD, Fenomena Iklim yang Membuat Musim Kemarau di RI Makin Kering
Ilustrasi kekeringan alibat fenomena cuaca El Nino. (Foto: Freepik)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut Indeks Indian Ocean Dipole (IOD) pada akhir Juni 2023 menunjukkan kondisi Netral (+0.21) dan diprakirakan kondisi IOD positif akan kembali terjadi setidaknya hingga Oktober 2023. Kondisi ini bisa membuat musim kemarau menjadi semakin kering kendati sejumlah wilayah sempat diguyur hujan lebat beberapa hari lalu. Lantas apa itu IOD?

Apa Itu IOD?

Indian Ocean Dipole (IOD) atau Dipol Samudra Hindia merupakan perbedaan suhu permukaan laut (Sea Surface Temperature/SST) antara wilayah Timur dan Barat Samudra Hindia.

Fenoma iklim di Samudra Hindia ini dapat secara signifikan memengaruhi pola cuaca dan iklim di wilayah sekitarnya, termasuk sebagian wilayah Afrika, Asia Tenggara, dan Australia.

Indeks iklim IOD diawasi secara ketat oleh para peramal cuaca, sebab fenomena ini berdampak terhadap rentang waktu sub-musiman dan musiman.

Menurut World Climate Service, Dipol Samudra Hindia dianggap sebagai cabang Samudra Hindia dari Cell Walker, yang terkait dengan Osilasi Selatan El Nino (El Niño-Southern Oscillation/ENSO).

Sementara menurut Dipole Mode Index (DMI), IOD adalah ukuran gradien anomali suhu permukaan laut (SST) antara Samudra Hindia ekuator bagian barat  (50E-70E dan 10S-10N) dan Samudra Hindia ekuator bagian tenggara (90E-110E dan 10S-0N).

Perbubahan dipol di Samudra Hindia bagian barat dan Samudra Hindia bagian timur dapat mendorong konveksi dan mengubah sirkulasi Cell Walker.

Perubahan suhu di Samudra Hindia umumnya bergerak sejalan dengan fase Osilasi Selatan El Nino (ENSO), akan tetapi ada kalanya dipol dapat muncul dengan sendirinya selama ENSO netral.

Sebagai fenomena osilasi suhu permukaan laut, IOD memiliki beberapa fase yang masing-masing berkontribusi dalam menentukan aspek-aspek penting iklim lokal dan global, antara lain:

  • Fase negatif: Fase ini didorong oleh SST yang lebih dingin dari biasanya di lepas pantai Afrika dan SST yang lebih hangat dari biasanya di sebelah barat Indonesia. Konfigurasi suhu permukaan laut ini memberikan dorongan pada sirkulasi normal menjadi lebih kuat. Sirkulasi yang lebih kuat membawa angin baratan yang lebih konsisten di atas lautan, konveksi yang lebih kuat di atas Indonesia, dan kondisi kekeringan di wilayah Afrika.
  • Fase positif: Fase ini didorong oleh SST yang lebih hangat dari biasanya di lepas pantai Afrika dan SST yang lebih dingin dari biasanya di sebelah barat Indonesia. Konfigurasi suhu permukaan laut ini membalikkan sirkulasi normal dengan terbentuknya angin timuran di Pasifik ekuator. Sirkulasi berbalik menekan konveksi di atas Indonesia, dan menyebabkan cuaca yang sangat kering dan potensi kekeringan.

Demikian informasi tentang apa itu IOD. Dapatkan update berita pilihan hanya di VOI.ID.

Terkait