Bagikan:

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena musim kemarau panjang menyebabkan kekeringan akibat El Nino akan berakhir pada awal tahun 2024.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan prediksi ini diambil dari hasil analisis terhadap suhu muka laut di Samudra pasifik.

"Saat ini indeks El Nino berada pada nilai positif 1,504. Kondisi El Nino moderat ini diprediksi tetap bertahan hingga awal 2024," kata Dwikorita dalam konferensi pers virtual, Jumat, 9 September.

Kemudian, Dwikorita menuturkan musim kering yang lebih lama di Indonesia ini juga dipengaruhi oleh kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) positif atau anomali suhu muka laut di Samudra Hindia.

Saat ini, indeks IOD positif terpantau sebesar 1,527 dan diprediksi akan tetap positif hingga akhir tahun 2023.

Sehingga, menurut Dwikorita, kondisi IOD positif saat ini makin menguatkan pengaruh El Nino atas pengurangan curah hujan dan menimbulkan kekeringan di Indonesia.

"Jadi, keringnya musim kemarau saat ini akibat dari pengaruh El Nino dari Samudra Pasifik dan Indian Ocean dipole positif dari Samudra Hindia yang saling menguatkan," urai Dwikorita.

"Dengan kata lain, superposisi fenomena El Nino dan IOD positif tersebut menyebabkan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia menjadi jauh lebih sedikit dari normalnya yang berkaitan dengan curah hujan rendah. Bahkan, sudah lebih dari 2 bulan beberapa wilayah di Indonesia tidak mengalami hujan sama sekali," lanjutnya.

Dalam pemantauan BMKG beberapa bulan lalu, awal musim kemarau di Indonesia secara bertahap dimulai dari bulan April 2023 dan mencapai puncaknya di bulan Agustus 2023 saat ini.

Sementara, gangguan iklim El Nino mulai muncul pada pertengahan bulan Mei 2023 dan terus berkembang menjadi El Nino moderat sejak akhir Juli 2023.