Bagikan:

TANGERANG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang mulai memetakan wilayah rawan kekeringan akibat kemarau panjang sebagai dampak fenomena El Nino.

Kepala BPBD Kabupaten Tangerang Ujat Sudrajat mengatakan, pemetaan bertujuan untuk memudahkan dalam mengantisipasi dan pendistribusian bantuan kepada masyarakat yang terdampak El Nino.

"Tentu langkah ini dilakukan sebagai upaya mempermudah dalam menangani dan antisipasi kejadian kekeringan itu," katanya di Tangerang, Jumat 21 Juli, disitat Antara.

Ia menyampaikan, untuk wilayah Tangerang terdapat 7 kecamatan yang terdampak El Nino. Adapun Kecamatan tersebut Teluknaga, Kronjo, Pakuhaji, Kisambi, Gunung Kaler, Kresek dan Rajeg.

Dari 7 kecamatan itu, Ujat menjelaskan secara umum kekeringan yang terjadi berdampak terhadap kebutuhan air bersih masyarakat.

Kendati demikian, pihaknya pun mengimbau kepada masyarakat untuk mulai memasifkan gerakan hemat air dan juga dapat memanfaatkan hujan yang masih turun melalui gerakan panen air hujan serta menyiapkan tempat penampungan air cadangan yang nantinya bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan di masa puncak El Nino.

"Nanti ketika hujan turun masyarakat bisa mulai memanfaatkan air itu dengan menampungnya. Kemudian hal lain, kami mengingatkan agar nanti saat memasuki musim kemarau jangan sampai membakar sampah sembarangan terutama di lahan kosong, karena itu bisa mengakibatkan kebakaran," ungkapnya.

Ia menambahkan, dalam menghadapi puncak El Nino ini pihaknya juga telah melakukan koordinasi dan komunikasi bersama dengan instansi terkait seperti Perkim, PMI, DPKP, PDAM dan lain sebagainya.

"Karena beberapa instansi ini punya kapasitas dalam tanggung jawab dalam membantu warga terkait musim kemarau panjang," kata dia.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengingatkan semua pihak terkait dengan dampak yang ditimbulkan dari fenomena El Nino.

"Jadi El Nino itu sesuai hasil prediksi sudah mulai terjadi di Indonesia sejak Juli. Tapi sesuai hasil prediksi juga, El Nino-nya masih lemah di awal-awal Juli itu," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Kamis 20 Juli.

Dalam hal ini, kata Dwikorita, dampak dari El Nino pada awal Juli masih kurang signifikan atau kurang terasa karena El Nino-nya masih lemah.

Akan tetapi beberapa hari lalu, sesuai hasil prediksi, indeks El Nino semakin menguat dari yang awalnya masih lemah mulai menjadi moderat.

"Nah, ini baru mulai menjadi moderat. Makanya kami terus gencar mengimbau, mengingatkan, dengan El Nino yang semakin moderat atau semakin menguat, tentunya dampaknya akan menguat juga," ujarnya.

Dengan demikian, puncak terjadinya El Nino diprediksi akan berlangsung pada bulan Agustus-September dan hal itu akan berakibat pada musim kemarau yang lebih kering dari kemarau saat tidak terjadi El Nino seperti pada tahun 2020, 2021, dan 2022.

Dia mengatakan jika kondisinya semakin kering, dampak lanjutnya adalah lahan dan hutan menjadi mudah terbakar. Selain itu dampak yang diberikan itu kepada para petani karena air semakin kurang, sehingga sektor pertanian akan terganggu.