Bagikan:

JAKARTA - Saat musim liburan, banyak orang di seluruh dunia mulai mencari tujuan liburan dengan menyiapkan hotel dan akomodasi dengan harga yang terjangkau. 

Untuk membantu pengguna terhindar dari penipuan yang terkait dengan penipuan penawaran tiket pesawat, pemesanan hotel, dan paket liburan murah. Peneliti Kaspersky menguraikan skema penipuan umum yang digunakan untuk memikat para korban.

Penipuan tiket

Pakar Kaspersky menemukan banyak situs penipuan yang mengklaim menawarkan tiket pesawat murah. Halaman phishing seperti ini sering kali meniru layanan maskapai penerbangan dan agregator tiket terkenal. Bahkan, menampilkan detail penerbangan nyata dengan mengirimkan permintaan pencarian ke agregator yang sah dan menyajikan informasi. 

Namun, alih-alih mengirimkan tiket yang dijanjikan, penipuan ini bertujuan untuk mencuri uang dan mengeksploitasi informasi pribadi Anda untuk tujuan berbahaya. Ini mungkin termasuk menjual detail informasi perbankan dan mengidentifikasi informasi di situs gelap.

Penipuan akomodasi

Menurut Kaspersky, salah satu penipuan akomodasi yang umum terjadi adalah pendaftaran online palsu untuk penyewaan tempat inap atau apartemen. Biasanya, penipu online membuat iklan yang menarik di platform populer, menampilkan foto terbaik, dan menawarkan harga murah untuk memikat wisatawan. Namun, begitu pemesanan dilakukan dan pembayaran dikirim, akomodasi tersebut ternyata palsu. Penipuan ini dapat menyebabkan pencurian identitas, transaksi tidak sah, dan aktivitas berbahaya lainnya.

Penipuan survei dan giveaway

Jenis penipuan ketiga adalah penipuan terkait survei dan giveaway. Biasanya penipu online membuat situs web palsu atau mengirim email yang mengklaim bahwa partisipan dapat memperoleh hadiah besar, dengan menyelesaikan survei perjalanan. 

Tapi nyatanya, survei ini dirancang untuk mengumpulkan informasi pribadi, seperti nama, alamat, nomor telepon, dan bahkan informasi keuangan, dengan kedok persyaratan kelayakan atau pembagian hadiah. 

Akhirnya, hadiah yang dijanjikan tidak pernah terkirim, dan informasi yang diberikan digunakan untuk tujuan penipuan, seperti pencurian identitas atau akses tidak sah ke rekening perbankan. Dalam kasus seperti itu, penjahat siber memanfaatkan korbannya sendiri sebagai alat untuk menyebarkan penipuan lebih lanjut.