JAKARTA - Databricks, perusahaan startup berbasis di San Francisco yang baru-baru ini divaluasi sebesar 38 miliar dolar AS (Rp570 triliun), memperkenalkan asisten kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang ditujukan untuk membantu pengguna bisnis mengajukan pertanyaan rumit tentang data korporat mereka dalam bahasa sehari-hari.
Produk utama Databricks adalah teknologi untuk menyimpan data korporat dalam jumlah besar dengan cara yang memudahkan akses dan analisis. Namun, untuk melakukannya, biasanya diperlukan seorang ilmuwan data untuk menulis kode komputer yang mencari dan memanipulasi data.
Sistem baru yang diberi nama LakehouseIQ ini akan memungkinkan pengguna mengajukan pertanyaan secara alami, tanpa menggunakan kode komputer. Di balik layar, sistem kecerdasan buatan akan menafsirkan pertanyaan, mengambil data yang dibutuhkan, membacanya, dan menghasilkan jawaban.
BACA JUGA:
Ali Ghodsi, CEO Databricks, berharap bahwa sistem AI ini akan sangat berguna karena dilatih menggunakan data perusahaan itu sendiri, bukan data generik dari internet. Hal ini diharapkan dapat membuat AI dengan cepat memahami informasi relevan seperti tanggal tahun keuangan perusahaan atau bahasa khusus industri.
"Banyak akronim tiga huruf dalam setiap organisasi. Mereka memiliki banyak arti yang berbeda, dan bahkan tidak semua orang di perusahaan mengetahuinya," kata Ghodsi. Dengan melatih AI menggunakan data khusus pelanggan, penawaran baru dari Databricks ini "memahami bahasa khusus. Ini memahami domain di mana Anda bekerja."