Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, akan membahas kecerdasan buatan (AI) dengan sekelompok pakar Silicon Valley pada tanggal 20 Juni dalam kunjungan penggalangan dana kampanye di California.

Presiden AS ini akan bertemu dengan setidaknya delapan pakar, termasuk peneliti terkemuka dan ahli dalam keamanan AI. Menurut keterangan resmi dari Gedung Putih, topik diskusi akan berkaitan dengan "komitmen pemerintahan Biden untuk memanfaatkan peluang dan mengelola risiko kecerdasan buatan."

Berdasarkan laporan dari The Associated Press, daftar peserta yang hadir termasuk Jim Steyer, pendiri Common Sense Media; Tristan Harris, salah satu pendiri Center for Humane Technology; Fei-Fei Li, co-director Stanford's Human-Centered AI institute; Joy Buolamwini, pendiri Algorithmic Justice League; dan Sal Khan, pendiri Khan Institute.

Kelompok ini menonjol karena upaya individu anggotanya dalam bidang pendidikan, kebijakan, keamanan, dan mitigasi bahaya. Pertemuan sebelumnya dengan pejabat Gedung Putih juga melibatkan CEO dari beberapa perusahaan terbesar di sektor AI global, termasuk perwakilan dari Google, Microsoft, dan Anthropic.

Biden bertemu dengan para ahli tersebut pada pukul 16.00 waktu Pasifik pada tanggal 20 Juni, dalam serangkaian diskusi yang dihadiri oleh presiden di Fairmont Hotel di San Francisco. Acara ini akan disiarkan secara langsung di saluran YouTube resmi Gedung Putih.

Baru-baru ini, Senat Amerika Serikat bertemu dengan CEO OpenAI, Sam Altman, chief privacy and trust officer IBM, Christina Montgomery, dan Gary Marcus dari New York University dalam sebuah dengar pendapat untuk membahas kebijakan AI.

Dalam kesaksiannya, Altman menyatakan keyakinannya bahwa pemerintah Amerika Serikat seharusnya membentuk sebuah badan regulasi federal yang memberikan pengawasan, lisensi, dan akuntabilitas bagi sektor AI yang sedang berkembang.

Sementara Marcus setuju dengan pandangan tersebut, Montgomery dari IBM tidak sependapat, menyatakan bahwa perusahaan mereka berpendapat Kongres seharusnya mengambil pendekatan yang lebih spesifik terhadap tata kelola AI.

Diskusi seputar AI ini muncul pada saat pemerintah Amerika Serikat belum memiliki strategi komprehensif untuk mengatur pengembangan dan produksi AI.

Sementara Eropa, China, dan Inggris telah mengeluarkan atau sedang mempertimbangkan undang-undang yang mencakup paket regulasi menyeluruh untuk sektor AI, Amerika Serikat masih tertinggal baik dalam regulasi cryptocurrency maupun AI yang komprehensif.

Membedakan kedua sektor ini menjadi semakin sulit, karena AI sekarang menjadi dasar bagi banyak industri cryptocurrency, blockchain, dan Web3.