Surabaya Astronomy Club Pantau Gerhana Matahari Hibrida di Balai Kota Surabaya
Surabaya Astronomy Club (SAC) yang turut didukung Pemerintah Kota Surabaya memantau fenomena alam (foto: dok. antara)

Bagikan:

SURABAYA -Wadah astronom amatir yakni Surabaya Astronomy Club (SAC) memantau fenomena alam langka, yakni gerhana matahari hibrida di Taman Surya, Balai Kota Surabaya, Kamis, 20 April.

Ketua SAC Muhammad Rizky Pradana menyampaikan fenomena alam langka gerhana matahari hibrida itu termasuk dalam kategori gerhana matahari tahunan atau Solar Eclipse. Fenomena alam langka itu berupa tertutupnya sinar matahari oleh bulan, terakhir kali bisa dilihat di Indonesia pada tahun 2019 silam.

"Gerhana Matahari Hibrida tidak setiap tahun terjadi di Indonesia dan itu menjadi daya tarik tersendiri, salah satunya menarik minat masyarakat serta wisatawan untuk mengamati bersama. Bahkan, di Surabaya kali ini, hanya SAC yang menggelar kegiatan ini," katanya.

Pemantauan Gerhana Matahari Hibrida itu dimulai sejak pukul 09.00 WIB. Warga yang ingin menyaksikan bisa melalui beberapa teleskop dan kacamata filter matahari untuk mendukung pengamatan, hingga yang paling canggih adalah kamera hidrogen alfa yang terhubung dengan laptop.

Tidak hanya warga Surabaya, melainkan beberapa warga luar kota juga turut melakukan wisata edukasi mengenai fenomena alam tersebut. Seperti Lidya wisatawan asal Kota Malang Jawa Timur yang bersama suami dan kedua anaknya ingin menyaksikan secara langsung Gerhana Matahari Hibrida.

Sejak pukul 09.30 WIB, Lidya bersama keluarga sudah sampai di Taman Surya Balai Kota Surabaya. Mereka langsung menuju ke teleskop dan sesekali memakai kacamata filter matahari untuk mengamati Gerhana Matahari Hibrida.

"Ke sini karena ada informasi Gerhana Matahari dan lokasinya di halaman Balai Kota Surabaya. Jadi kami bergegas dari Malang tadi pagi," kata Lidya.

Menurutnya, dengan menyaksikan fenomena alam Gerhana Matahari Hibrida secara langsung bisa memberikan pengalaman kepada kedua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).

"Di sekolah lewat sains, mereka belajar tentang Gerhana Bulan maupun Matahari, tapi kalau cuma melalui materi dari buku saya rasa kurang. Kalau menyaksikan langsung bisa jadi kesempatan yang sangat bagus sekali karena sama dengan yang dipelajari di buku," ujarnya, dikutip Antara.

Tak jauh berbeda dengan Lidya, Fridayani Kusuma wisatawan asal Kabupaten Gresik Jawa Timur, juga antusias menyaksikan fenomena alam Gerhana Matahari Hibrida di Taman Surya Balai Kota Surabaya.

"Kami sengaja liburan sambil memberikan pengalaman belajar untuk anak-anak. Tadi mengamati lewat teleskop lalu sekarang menggunakan kacamata filter matahari, karena fenomena alam ini sangat jarang terjadi. Maka bisa menjadi salah pengalaman dari pelajaran di sekolah yang jarang terulang," kata Fridayani.*