<i>Hacker</i> Curi Hampir 8 Juta Nomor SIM dan Paspor di Australia dari Latitude
CEO Latitude,  Ahmed Fahour, katakan edang memperbaiki platform yang terkena dampak serangan siber. (foto: twitter @latitude_fs)

Bagikan:

Perusahaan keuangan konsumen Australia, Latitude Group Holdings Ltd mengumumkan bahwa peretas mencuri hampir 8 juta nomor SIM serta pengemudi dari Australia dan Selandia Baru dalam salah satu pelanggaran data terbesar yang dikonfirmasi di negara tersebut, yang membuat sahamnya turun.

JAKARTA - Penyedia kartu kredit dan pinjaman pribadi untuk beberapa ritel terbesar di Australia menambahkan bahwa peretas juga mengambil sekitar 53.000 nomor paspor dan lebih dari 6 juta catatan pelanggan, sebagian besar antara 2005 dan 2013, dalam apa yang disebutnya sebagai "pengembangan yang memprihatinkan".

Pembaruan menunjukkan bahwa serangan yang sementara membekukan operasi Latitude mempengaruhi jauh lebih banyak pelanggan daripada yang pertama kali diungkapkan oleh perusahaan pada 16 Maret, ketika mengatakan bahwa para penjahat mengambil 103.000 SIM.

Kini, kejadian ini masuk dalam pencurian data terbesar di negara itu, hanya di belakang perusahaan telekomunikasi nomor dua milik Singapura Telecommunications Ltd,  Optus, dan asuransi medis Medibank Private Ltd yang masing-masing mengatakan rincian tentang sekitar 10 juta akun pelanggan mereka telah terancam dalam serangan pada akhir tahun lalu.

Sejak gelombang pelanggaran data dimulai dengan Optus, pemerintah Australia telah meningkatkan sanksi bagi perusahaan yang gagal melindungi data pelanggan dengan cukup sebagai bagian dari perombakan strategi keamanan siber nasional yang masih berlangsung.

"Serangan siber merupakan ancaman yang semakin meningkat dan akan menjadi bagian yang lebih rutin dari kehidupan kita selama bertahun-tahun ke depan, dan insiden ini adalah pengingat lain akan pentingnya meningkatkan pengaturan keamanan siber dan privasi di Australia," kata Menteri Keamanan Siber, Clare O'Neil.

"Ikatan kami tetap tidak ada pelanggan yang harus menanggung biaya pelanggaran data," tambahnya, sambil mencatat bahwa Latitude bekerja sama dengan otoritas untuk mengelola dampak dari serangan tersebut.

Saham Latitude ditutup turun 2,5% di pasar secara keseluruhan datar, karena investor khawatir bahwa paparan perusahaan mungkin lebih buruk dari yang sebelumnya diperkirakan.

"Setiap kali investor mendengar tentang pelanggaran data, mereka cenderung menganggap yang terburuk," kata Matt Simpson, analis pasar senior di City Index, dikutip Reuters.

Latitude mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa asuransinya meliputi risiko keamanan siber.

"Kami sedang memperbaiki platform yang terkena dampak serangan dan telah menerapkan pemantauan keamanan tambahan saat kami kembali ke operasi dalam beberapa hari ke depan," kata CEO Latitude,  Ahmed Fahour dalam pernyataannya.