Bagikan:

JAKARTA - China berencana untuk mengucurkan dana kepada pembuat chip memori Yangtze Memory Technologies Co (YMTC) sebanyak 1,9 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp29 triliun.

Uang segar itu berasal dari Dana Investasi Industri Sirkuit Terpadu Nasional China, badan investasi yang didukung pemerintah juga dikenal sebagai Dana Besar.

Besarnya investasi menunjukkan upaya China untuk menopang produksi chip dalam negeri di tengah meningkatnya ketegangan dengan AS dan negara lainnya.

YMTC diketahui telah masuk dalam daftar hitam perdagangan AS tahun lalu, mengikuti jejak Huawei dan perusahaan lainnya.

Didirikan di tengah kota metropolitan China, Wuhan pada 2016, YMTC sudah menjadi salah satu penerima dana selama fase pertama Dana Besar, bersama dengan beberapa pembuat chip paling maju di China, termasuk Semiconductor Manufacturing International Corp dan Hua Hong Semiconductor.

Investor baru YMTC lainnya meliputi Changjiang Industry Investment Group, Hubei Changsheng Development. Lebih dari itu, YMTC juga merupakan satu-satunya pembuat chip domestik yang hampir bersaing dengan pemimpin global seperti Samsung.

Saat ini, China berfokus pada kemandirian karena AS berusaha mencegah teknologi Barat digunakan untuk memodernisasi militer China.

Minggu ini, pemerintahan Presiden AS Joe Biden menambahkan 37 entitas lagi ke daftar blokir perdagangan, termasuk unit perusahaan komputasi awan China, Inspur.

Inspur dituduh melakukan pengadaan dan berusaha mendapatkan barang-barang AS untuk mendukung upaya modernisasi militer China, seperti dikutip dari Neowin, Sabtu, 4 Maret.

Pada awal Oktober tahun lalu, aturan kontrol ekspor dikeluarkan untuk membatasi perusahaan AS menjual semikonduktor canggih serta peralatan yang diperlukan ke beberapa pabrikan China kecuali mereka menerima lisensi khusus.

Total 5.746 perusahaan telah dicabut pendaftarannya pada 2022. Bersama dengan AS, Belanda dan Jepang juga membatasi peralatan pembuat chip ke China.