JAKARTA - Otoritas Shanghai, China berupaya menenangkan keresahan warga yang diikuti dengan pembelian panik air bersih, mengatakan pasokan air kota itu tetap normal, menepis kekhawatiran soal kekurangan dan kualitas air.
Penduduk Shanghai bergegas untuk menimbun air kemasan di tengah desas-desus, kota itu menghadapi krisis pasokan yang disebabkan oleh kekeringan panjang di lembah Sungai Yangtze tahun ini, serta intrusi air asin di muara sungai.
Aliran balik air laut ke waduk Shanghai yang mulai menipis dimulai pada awal September, dengan perusahaan penyedia air kota memantau dengan cermat situasi, 'secara ilmiah' membuat penyesuaian aliran air, kata pemerintah kota di saluran resmi WeChat pada Selasa malam.
"Produksi dan pasokan air keran normal, dan standar kualitas air telah tercapai," katanya, melansir Reuters 12 Oktober.
Shanghai mengalami gelombang pembelian panik awal tahun ini, di tengah kekhawatiran kekurangan makanan dan air yang disebabkan oleh penguncian COVID-19 di seluruh kota, yang berlangsung selama lebih dari dua bulan.
Warga juga khawatir dengan serangkaian pengumuman pada Hari Selasa yang mengatakan, pasokan air akan terputus di beberapa bagian kota. Tetapi, seorang juru bicara pemerintah mengatakan di saluran WeChat-nya, ini adalah perbaikan rutin yang terutama ditujukan untuk membersihkan jaringan pipa.
Diketahui, curah hujan telah turun sebanyak 60 persen di beberapa bagian lembah Sungai Yangtze sejak Juli, memaksa pihak berwenang untuk menyebarkan roket penyemaian awan dan menggali sumur darurat baru, untuk memastikan tanaman cukup diairi menjelang panen musim gugur.
BACA JUGA:
Danau Poyang, outlet banjir utama Yangtze, berada pada tingkat debit air yang paling rendah dalam catatan, sementara beberapa waduk di Cina tengah dilaporkan bulan lalu dalam status 'kolam mati', yang berarti mereka tidak memiliki cukup air untuk mengalir ke hilir.