JAKARTA - Arkeolog menemukan bukti bahwa praktik bedah otak telah dilakukan pada 3.500 tahun yang lalu di Israel. Para ilmuwan mengungkap penemuan ini setelah menggali makam Zaman Perunggu di Tel Megiddo, Israel, dan menemukan sisa-sisa dua bersaudara yang berasal dari sekitar 1500 SM dan menderita penyakit menular yang parah, kemungkinan lepra.
Menurut laporan jurnal PLOS One, salah satu dari kedua bersaudara tersebut memilih untuk menjalani operasi trepanasi, yang melibatkan lubang pada tulang tengkorak. Terdapat lubang persegi di kepala Individual A, yang ukurannya adalah 32 mm x 31 mm di titik terlebarnya, dan diperkirakan terbentuk dengan serangkaian goresan yang saling memotong di setiap sudut menggunakan alat dengan tepi tajam.
Meskipun operasi semacam ini sukses di masa lalu, operasi yang dilakukan pada Individual A terbukti fatal. Peneliti mengatakan bahwa saudara tersebut meninggal beberapa jam atau bahkan beberapa menit setelah operasi.
Namun, para arkeolog menunjukkan bahwa praktik bedah seperti ini kemungkinan hanya tersedia bagi kalangan elit pada masa itu. Bukti-bukti lain juga menunjukkan bahwa kedua bersaudara tersebut adalah anggota masyarakat yang sangat terhormat atau bahkan anggota keluarga kerajaan.
Analisis sisa-sisa kerangka tersebut dipimpin oleh Rachel Kalisher dari Universitas Brown, Rhode Island dan diterbitkan hari ini dalam jurnal PLOS One. "Kami memiliki bukti bahwa trepanasi telah menjadi jenis bedah yang universal dan tersebar luas selama ribuan tahun," kata Kalisher, seorang bioarkeolog di Universitas Brown, dikutip Daily Mail.
"Tapi di Timur Tengah, kita tidak melihatnya begitu sering - hanya ada sekitar satu lusin contoh trepanasi di seluruh wilayah ini. Harapan saya adalah dengan menambahkan lebih banyak contoh ke catatan ilmiah akan memperdalam pemahaman bidang kami tentang perawatan medis dan dinamika budaya di kota-kota kuno di daerah ini," ungkapnya.
BACA JUGA:
Kedua jazad sisa-sisa itu dimakamkan di bawah sebuah tempat tinggal elit di situs arkeologi Tel Megiddo di Israel. Analisis DNA menunjukkan bahwa kedua individu yang dimakamkan adalah saudara kandung. Selain itu, mereka dimakamkan dengan keramik Cypriot bergambar halus, "barang dagangan halus dan bahan-bahan berharga" serta sisa-sisa domba dan kambing, yang menunjukkan status sosial mereka yang tinggi.
Keduanya diduga mengalami anemia defisiensi besi yang berkelanjutan sejak kecil dan menghambat pertumbuhan. Mereka juga memiliki lesi yang luas pada tulang, tanda penyakit kronis dan mematikan seperti tuberkulosis atau lepra.
Meskipun praktik trepanasi seperti ini mengerikan, penemuan ini membuktikan bahwa praktik ini telah dilakukan selama ribuan tahun sebagai bentuk pengobatan universal dan tersebar luas. Penemuan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang perawatan medis dan dinamika budaya di kota-kota kuno di wilayah tersebut.