Bagikan:

JAKARTA - Distrik Edogawa di Tokyo, Jepang, telah mengumumkan rencana untuk menggunakan teknologi metaverse dalam membantu para penyandang masalah sosial, yang dikenal sebagai "hikikomori", dalam proses reintegrasi ke dalam masyarakat.

Dalam upaya ini, distrik tersebut akan menyelenggarakan serangkaian pertemuan hybrid (virtual dan tatap muka) pada tahun 2023 dengan tujuan menyatukan kembali orang-orang yang mengalami pengasingan sosial.

Pertemuan metaverse ini diharapkan dapat memberikan tempat yang aman bagi para penyandang tuna sosial untuk bertemu dan membicarakan masalah mereka. Edogawa Ward berencana untuk mengadakan enam acara seperti ini pada tahun 2023, yang diselenggarakan oleh organisasi nirlaba Kazoku Hikikomori Jepang, dengan kapasitas hingga 80 peserta, 50 di platform metaverse, dan 30 di tempat yang ditentukan.

Pertemuan metaverse ini akan diadakan di ruang yang dirancang oleh Kazoku Hikikomori dan memungkinkan pengguna jarak jauh untuk melindungi identitas mereka menggunakan avatar jika diinginkan. Seorang petugas lingkungan menjelaskan bahwa inisiatif ini bertujuan untuk memberikan tempat bagi para penyandang masalah sosial untuk berpikir "Saya ingin berada di sana bersama yang lain".

Masalah pengucilan sosial atau hikikomori di Jepang telah mempengaruhi lebih dari 1 juta orang dan para ahli menganggap jumlahnya lebih tinggi, mendekati angka 2 juta. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah pada keluarga orang-orang ini dan menyebabkan tekanan ekonomi. Dalam upaya untuk membantu mengatasi fenomena ini, penggunaan teknologi metaverse dapat membantu beberapa individu untuk setidaknya berinteraksi secara virtual dengan rekan-rekan mereka.

Menurut survei tahun 2021, terdapat 9.096 penduduk yang menjadi hikikomori di Edogawa. Wali Kota Edogawa, Takeshi Saito, mengatakan bahwa meskipun tidak semua masalah akan teratasi dengan hanya menawarkan metaverse, inisiatif ini dapat membantu sebagian orang dan mereka menargetkan orang-orang yang belum pernah berinteraksi dengan orang lain sebelumnya dan tidak dapat meninggalkan kamar mereka.

Inisiatif serupa juga telah dilakukan di Kota Toda pada  Oktober dengan menggunakan teknologi metaverse untuk memungkinkan siswa yang tidak hadir di sekolah untuk berkeliaran di kampus virtual dan mempersiapkan diri untuk kembali ke kelas reguler pada akhirnya. Dengan teknologi metaverse yang semakin berkembang, diharapkan dapat membantu orang-orang yang membutuhkan untuk mengatasi masalah pengasingan sosial dan kembali berintegrasi dengan masyarakat.