JAKARTA - Operator nirkabel AS, T-Mobile, mengatakan pada Kamis 19 Januari bahwa pihaknya sedang menyelidiki pelanggaran data yang melibatkan 37 juta akun pascabayar dan prabayar yang diperkirakan akan menimbulkan biaya yang signifikan terkait dengan insiden tersebut.
T-Mobile mengatakan telah mengidentifikasi aktivitas jahat pada 5 Januari dan menahannya dalam satu hari, serta menambahkan bahwa tidak ada data sensitif seperti informasi keuangan telah yang disusupi.
Namun menurut T-Mobile, dalam serangan itu beberapa informasi dasar pelanggan telah diperoleh penyerang, seperti nama, alamat penagihan, email, dan nomor telepon.
"Penyelidikan kami masih berlangsung, tetapi aktivitas jahat tampaknya sepenuhnya dapat diatasi saat ini, dan saat ini tidak ada bukti bahwa pelaku jahat dapat menembus atau mengkompromikan sistem atau jaringan kami," kata perusahaan itu seperti dikutip Reuters. Mereka juga mulai memberi tahu pelanggan yang terkena dampak.
BACA JUGA:
Akibat kondisi ini, saham perusahaan turun 2% dalam perdagangan setelah jam kerja.
Tahun lalu, T-Mobile yang berbasis di Bellevue, Washington setuju untuk membayar 350 juta dolar AS (Rp 5,2 triliun) dan membelanjakan 150 juta dolar AS (Rp 2,2 triliun) dana tambahan untuk meningkatkan keamanan data guna menyelesaikan litigasi atas serangan dunia maya pada tahun 2021 yang membahayakan informasi milik sekitar 76,6 juta orang.
Tahun demi tahun, berbagai perusahaan teknologi di AS mendapati diri mereka terus diserang oleh para peretas yang membuat kerugian besar dan memaksa mereka untuk meningkatkan kewaspadaan keamanan data.
T-Mobile memiliki lebih dari 110 juta pelanggan, menjadikannya operator nirkabel terbesar ketiga di Amerika Serikat.