JAKARTA - Dipenghujung tahun 2020, harga aset kripto atau cryptocurrency khususnya Bitcoin melesat cukup tinggi. Bahkan harga sekeping Bitcoin, telah menyentuh harga Rp323 juta atau bernilai 22,918 dolar AS.
Angka itu menjadi lompatan tertinggi dalam sejarah mata uang kripto, sepanjang tahun 2020. Pada sesi perdagangan hari ini yang tercatat di platform Indodax, harga Bitcoin mencapai 22.000 dollar AS atau setara Rp 310 juta (asumsi kurs Rp 14.100 per dollar AS).
CEO Indodax Oscar Darmawan, mengatakan bahwa capaian ini adalah sejarah penting dalam teknologi cryptocurrency dan blockchain. Mengingat aset kripto pernah menyentuh harga tertingginya pada Desember 2017 lalu.
"Ini menjadi hari yang terpenting bagi dunia crypto dan blockchain, Bitcoin kembali menembus harga tertingginya sepanjang sejarah," katanya dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 17 Desember.
Menurut Oscar, posisi harga Bitcoin saat ini juga mematahkan prediksi dari para analis pasar yang memproyeksikan level 20.000 dollar AS baru akan tercapai pada 2021. Namun, prediksi itu terjadi lebih cepat, harga Bitcoin lompat tinggi dan melewati level 22.000 dolar AS di pertengahan Desember 2020.
Lonjakan ini juga terjadi karena permintaan yang masif atas aset kripto macam Bitcoin. Apalagi, transaksi dengan Bitcoin kini semakin mudah, contohnya PayPal yang menyediakan fitur pembayaran Bitcoin.
"Belum lagi sejumlah investor institusional besar yang menyatakan minat untuk membeli Bitcoin seperti Guggenheim Partners. Bahkan perusahaan Wall Street juga mengumumkan telah berinvestasi senilai 530 juta dollar AS di Bitcoin," paparnya.
BACA JUGA:
Pemicu lain yang mendongkrak harga Bitcoin, menurut Oscar, adalah investor yang mulai menganggap aset kripto sebagai aset safe haven saat terjadinya inflasi seperti pandemi Covid-19.
Meski begitu jumlah Bitcoin di dunia cukup terbatas hanya 21 juta keping untuk menjaga suplai dan nilainya. Mengingat saat ini sudah banyak penambang yang melakukan minning digital secara besar-besaran.
“Kenaikan harga Bitcoin pada tahun ini berbeda pada tahun 2017 lalu di mana saat itu, orang-orang membeli Bitcoin tanpa melihat fundamental Bitcoin. Sekarang, orang sudah melihat fundamental Bitcoin yang terbukti sebagai aset safe haven dan menjadi nilai lindung inflasi yang baik,” jelas Oscar.