Catat Tanggalnya! Ini Puncak Hujan Meteor Leonid yang Bisa Disaksikan di Seluruh Indonesia
Meteor Leonids melintas dekat Matahari (foto: dok. NASA)

Bagikan:

JAKARTA - Menjelang akhir tahun, langit tengah dihiasi hujan meteor Leonid 2022. Karena fenomena ini sedang berlangsung, maka kita dapat melihatnya melesat melintasi langit malam.

Tetapi pemandangan ini tidak terlalu jelas jika bukan pada puncaknya. Dijuluki Leonid karena berasal dari rasi bintang Leo. Hujan meteor Leonid dimulai pada 6 November dan akan berlanjut hingga 30 November.

Puncaknya terjadi pada 17 hingga 18 November, sekitar 10 hingga 15 meteor per jam akan terlihat dengan jelas pada waktu ini. Namun cahaya dari Bulan yang memudar pada kuartal terakhir,  dapat mempersulit kondisi pengamatan, meskipun bukan tidak mungkin melihatnya.

Leonid memiliki periode aktivitas yang relatif singkat sekitar tiga minggu, hanya di bawah setengah dari hujan meteor Orionid yang baru saja berakhir.

Waktu terbaik untuk mencari dan memaksimalkan peluang menemukan Leonid adalah antara tengah malam dan beberapa jam sebelum fajar, saat Bumi menghadapi meteoroid yang masuk.

Hujan meteor Leonid paling baik dilihat dari belahan Bumi utara, meskipun mereka juga terlihat dari belahan Bumi selatan. Leonid adalah meteor tercepat yang pernah tercatat dengan kecepatan sekitar 70km per detik, dan sering meninggalkan jejak yang tertinggal.

Tahun ini, Leonid mencapai aktivitas maksimum pada Bulan yang memudar di kuartal terakhir dari siklus Bulan. Bulan memiliki sekitar 43 persen iluminasi pada 17 November, yang turun menjadi 33 persen pada 18 November, jadi kondisinya tidak ideal tapi setidaknya itu bukan Bulan purnama.

Menariknya, hujan meteor Leonid bisa disaksikan di seluruh Indonesia. Anda hanya perlu berada di bawah langit yang cerah, dan minim cahaya. Menyaksikan hujan meteor Leonid cukup menggunakan mata telanjang saja.

Sebagai informasi yang dikutip dari Science Focus, Senin, 14 November, Leonids merupakan hasil dari Komet 55P/Tempel-Tuttle saat melakukan perjalanannya mengelilingi Matahari. Saat Bumi bergerak melalui jejak debu dan puing-puing yang ditinggalkan oleh komet ini, partikel-partikel tersebut berinteraksi dengan atmosfer Bumi, menghasilkan jejak atom yang tereksitasi.

Pada gilirannya, akan menghasilkan cahaya yang dilihat sebagai meteor atau bintang jatuh. Dalam istilah astronomi, Komet Tempel-Tuttle adalah komet yang relatif kecil, dengan inti hanya 3,6 km.

Komet Tempel-Tuttle memiliki periode orbit 33,22 tahun, jadi karena kurang dari 200 tahun itu membuatnya menjadi komet periodik. Terakhir mencapai perihelion yakni pendekatan terdekat komet ke Matahari pada 1998, dan akan kembali lagi pada 2031