JAKARTA - Dalam upaya untuk mencari puing-puing ruang angkasa atau sampah antariksa, asteroid, dan komet, Angkatan Luar Angkasa Amerika Serikat (AS) telah merelokasi Space Surveillance Telescope (SST) ke Australia.
SST yang pertama kali melihat cahaya pada 2011 dan menjalani pengujian selama bertahun-tahun, sekarang siap untuk bekerja di belahan bumi selatan, di mana ia akan bergabung dengan Jaringan Pengawasan Antariksa global untuk AS dan sekutunya.
Misi utama SST tak lain adalah mencari pesawat ruang angkasa asing atau puing-puing ruang angkasa yang mengorbit Bumi. Teleskop juga dapat digunakan kembali untuk pengamatan astronomi lainnya.
Di samping itu, SST juga dapat melacak objek samar, asteroid dan komet di luar angkasa untuk membantu memprediksi serta menghindari potensi tabrakan.
Diketahui, teleskop diuji di White Sands Missile Range di New Mexico antara 2011 dan 2017 dengan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA).
Setelah diserahkan ke Angkatan Udara AS pada 2017, mereka memutuskan untuk memindahkan teleskop ke Naval Communication Station Harold E. Holt di pantai barat laut Australia pada 2020 hingga sekarang.
BACA JUGA:
Puing-puing luar angkasa memang tengah menjadi perhatian pemerintah AS, di mana benda itu cukup berbahaya untuk mengganggu misi antariksa lainnya seperti ISS.
Perusahaan antariksa SpaceX, mengirim ribuan satelit Starlink ke orbit, meningkatkan kemungkinan potensi tabrakan dengan misi lainnya. Begitu pula tes anti-satelit Rusia (ASAT) pada November 2021, yang menciptakan segumpal besar puing.
Melansir Space, Rabu, 12 Oktober, Angkatan Luar Angkasa AS bergabung dengan NASA, Federal Communications Commission (FCC), dan Wakil Presiden Kamala Harris (yang memimpin Dewan Antariksa Nasional) untuk mengatasi puing-puing luar angkasa dalam beberapa bulan terakhir.