Ancaman Siber Selalu Ada, Sistem Keamanan Siber yang Kuat Bukan Lagi Pilihan Tapi Kewajiban
Para pembicara dalam diskusi mengenai keamanan siber (foto: IST)

Bagikan:

JAKARTA - Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah pelanggaran dan kebocoran data besar telah terjadi di Indonesia. Data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) memperkirakan 714.170.967 serangan siber akan terjadi di tanah air sepanjang tahun 2022. 

Serangan siber dapat mengakibatkan kebocoran data yang dapat mengancam bisnis dan perusahan di berbagai industri. Ancaman siber dapat menyebabkan kerugian finansial yang berkelanjutan apabila tidak ditanggulangi.

Sehubungan dengan itu, Menlo Security Inc., spesialis keamanan cloud, baru-baru ini menggelar sebuah kegiatan diskusi bersama media serta pembicara dari NeutraDC, Indonesia Block-Chain Society, dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk membahas tentang pentingnya keamanan siber bagi bisnis dan institusi negara.

Dalam diskusi tersebut, meningkatkan kemampuan keamanan siber harus menjadi prioritas utama untuk pemerintah dan juga perusahaan di segala industri. 

“Pelaku ancaman siber sudah melakukan pergeseran dari menyerang infrastruktur siber menjadi menyerang langsung end-user atau pengguna. Terutama pengguna yang kurang memiliki wawasan keamanan siber. Maka dari itu penting untuk meningkatkan wawasan keamanan siber bagi masyarakat," kata Ricky Aji, Sandiman Muda Badan Direktorat Keamanan Siber & Sandi Industri, BSSN dalam sebuah pernyataan yang diterima VOI, Kamis, 6 Oktober. 

Urgensi ini juga ditunjukkan dalam laporan dari INTERPOL pada tahun 2021 yang menyatakan bahwa 60% malware finansial seluler meningkat di Indonesia. 

“Hampir semua orang Indonesia melakukan transaksi melalui internet, dari handphone, laptop, dan lainnya. Hal itu memerlukan infrastruktur yang baik untuk menjaga transaksi secara online dengan aman," ujar CK Mah, Regional Director, Southeast Asia, Menlo Security. 

Selain itu, laporan tersebut juga menyebutkan bahwa Indonesia memiliki jumlah kasus ransomware tertinggi dengan 1,3 juta kasus. Ini jelas merupakan sesuatu yang harus ditingkatkan, terutama dengan penetrasi internet negara yang mencapai 64% tahun lalu.

Anggaplah keamanan siber sebagai growth enabler. Sistem yang solid memungkinkan tenaga kerja menjadi lebih produktif dan inovatif sehingga dapat meningkatkan keunggulan kompetitif. 

Selain itu, keamanan siber juga dapat membantu mempertahankan dan menjaga loyalitas pelanggan sekaligus menunjukkan komitmen perusahaan dalam menjaga privasi data dan mengantisipasi ancaman siber di masa depan.

Beberapa tahun yang akan mendatang, lanskap keamanan siber akan terus menjadi lebih menantang karena kecanggihan, kemajuan teknologi dan kecakapan pelaku serangan siber. 

Misalnya, penipuan dan penyusupan tetap menjadi ancaman yang berkembang di Indonesia, meskipun ada sedikit penurunan dalam indeks kejahatan siber antara tahun 2021 dan 2022 yang dinyatakan oleh Indeks Keamanan Siber Nasional. 

Dengan demikian, kesadaran keamanan siber di Indonesia juga telah menunjukkan peningkatan dengan bisnis di pasar mengambil lebih banyak tindakan pencegahan terhadap phishing, ransomware, dan malware.

Keamanan siber bukan lagi tugas satu orang atau hanya tugas departemen IT. Karena teknologi baru yang muncul saat ini menuntut setiap individu untuk sama-sama bertanggung jawab dalam menangani informasi, data, dan keamanan mereka. 

Dengan demikian, pendekatan terbaik untuk mengatasi lanskap bisnis saat ini adalah dengan mengadopsi strategi holistik dan melalui penggunaan alat cyber yang baru. 

“Setiap industri memiliki karakteristik keamanan siber yang unik. Pendekatan terbaik untuk mengaplikasikan teknologi baru harus diikuti dengan menerapkan strategi holistik serta melalui penggunaan alat siber yang baru," terang Elisa Lumbantoruan, Chief Executive Officer, PT ISS Indonesia.