LinkedIn Ungkap Punya Banyak Bestie Bukan Pilihan Terbaik untuk Mencari Pekerjaan
LinkedIn, untuk mencari pekerjaan, (foto: dok. Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Saat mengunjungi LinkedIn, sudah pasti kita sedang mencari pekerjaan, dan berharap koneksi atau teman di jejaring sosial itu dapat membantu. Namun, ternyata ini bukan pilihan yang terbaik.

Sebuah studi rahasia telah dilakukan oleh para peneliti dari ilmuwan riset terapan LinkedIn Karthik Rajkumar dan mahasiswa pascasarjana MIT Guillaume Saint-Jacques.

Pada percobaan yang melibatkan 20 juta pengguna, LinkedIn mengubah algoritmenya dengan secara acak memvariasikan berapa banyak koneksi kuat dan lemah yang direkomendasikan kepada pengguna di tab "Orang yang Mungkin Anda Kenal".

Uji pertama yang dilakukan pada 2015 kepada empat juta pengguna, batch kedua pada 2019, menyertakan 16 juta pengguna.

Studi selama periode lima tahun itu menunjukkan bahwa memiliki koneksi yang lebih lemah memang membantu orang mendapatkan pekerjaan baru dibanding yang lebih kuat.

Selain itu, studi juga mengungkapkan jenis koneksi mana yang paling penting bagi para pencari kerja. Dipublikasikan di Science, hasilnya menunjukkan orang yang hanya memiliki 10 koneksi lebih produktif saat mencari pekerjaan daripada mereka yang memiliki lebih dari 20 koneksi.

Bahkan, orang yang telah menerima lebih banyak rekomendasi dari koneksi lemah mereka jauh lebih mungkin mendapatkan pekerjaan daripada yang direkomendasikan oleh koneksi kuat.

“Kami menemukan bahwa ikatan yang cukup lemah ini adalah pilihan terbaik untuk membantu orang menemukan pekerjaan baru dan lebih dari ikatan yang lebih kuat,” ungkap peneliti LinkedIn, Karthik Rajkumar kepada New York Times yang dikutip dari The Independent, Rabu, 28 September.

Meski begitu, timbul pertanyaan menyoal data pribadi pengguna karena mereka mungkin tidak tahu bahwa mereka sedang diikut sertakan dalam pengujian.

Namun, LinkedIn mengatakan bahwa mereka mematuhi perjanjian pengguna, kebijakan privasi, dan pengaturan anggota perusahaannya, meski banyak pengguna tidak membaca syarat dan ketentuan saat menggunakan situs web, yang panjang dan penuh dengan bahasa yang rumit.

"Kami transparan dengan anggota kami melalui bagian penelitian kami dari perjanjian pengguna kami," kata seorang juru bicara LinkedIn.