Nvidia Melihat Peluang Lain di Tengah Pembatasan AS untuk Penjualan Chip ke China
Kepala Eksekutif Nvidia Corp, Jensen Huang, masih melihat peluang lain dalam penjualan chip ke China. (foto: nvidia.com)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Eksekutif Nvidia Corp,  Jensen Huang, menyatakan pada Rabu 21 September bahwa ia terus melihat pasar yang besar untuk chip pusat data Nvidia di China meskipun AS membatasi ekspor dua chip utamanya ke negara tersebut.

Pada konferensi pers setelah peluncuran produk musim gugur dari perusahaan tersebut, Huang mengatakan bahwa pembatasan pemerintah AS yang diumumkan awal bulan ini memiliki ambang batas khusus untuk kinerja sebuah chip serta kemampuan prosesor untuk menghubungkan chip lainnya.

Dia mengatakan bahwa aturan itu justru meninggalkan "ruang besar bagi kami" di pasar Cina. "Sebagian besar pelanggan kami tidak terpengaruh oleh spesifikasinya," kata Huang, yang dikutip Reuters.

"Jadi harapan kami adalah bahwa untuk Amerika Serikat dan juga China, kami akan memiliki sejumlah besar produk yang kompatibel secara arsitektur, yang berada dalam batas dan tidak memerlukan lisensi sama sekali," ucap Huang.

Nvidia mengatakan pada 1 September bahwa mereka telah diberitahu oleh pemerintah AS untuk menghentikan ekspor chip A100 dan H100 ke China, yang dapat mempengaruhi penjualan hingga 400 juta dolar AS (Rp 6 triliun) untuk perusahaan pada kuartal fiskal saat ini. Kedua produk tersebut merupakan chip tercepat Nvidia dan digunakan di pusat data untuk mempercepat tugas kecerdasan buatan seperti pemrosesan bahasa alami.

Pada konferensi pers, Huang mengatakan bahwa kedua chip tersebut adalah bagian dari jajaran chip yang lebih besar dengan "sejumlah besar produk" yang masih dapat dijual di China. Huang juga mengatakan bahwa Nvidia akan mencari lisensi dari pemerintah AS untuk pelanggan China yang menginginkan chip teratasnya.

"Anda dapat menduga bahwa tujuannya bukan untuk mengurangi atau menghambat bisnis kami. Tujuannya adalah untuk mengetahui siapa yang membutuhkan kemampuan di atas batas ini dan memberi Amerika Serikat kesempatan untuk membuat keputusan tentang apakah tingkat teknologi itu harus tersedia untuk orang lain," kata Huang.