Penduduk di Lima Negara pada Kawasan Asia Pasifik, Termasuk Indonesia Jadi Target Ancaman Email Spam Terbanyak
Email spam di kawasan Asia Pasifik merajalela pada tahun 2022 (foto: Kaspersky)

Bagikan:

JAKARTA - Peneliti Keamanan Senior untuk Tim Riset dan Analisis Global (GReAT) di Kaspersky, Noushin Shabab menemukan lanskap ancaman email spam di Asia Pasifik (APAC) tahun ini setidaknya terdapat 24% email spam global berbahaya yang terdeteksi dan diblokir oleh solusi Kaspersky.

Email spam bukanlah ancaman terbaru, melainkan sudah muncul dan berevolusi sejak tahun 1978. Evolusinya berkisar dari teknik, taktik, dan tren terbaru yang dibawa oleh para penjahat dunia maya untuk membuatnya lebih terlihat resmi korban tidak menaruh curiga.

Kaspersky juga mengatakan bahwa spam berbahaya bukanlah serangan yang kompleks secara teknologi, tetapi bila dilakukan dengan teknik rekayasa sosial yang canggih, hal itu menimbulkan ancaman besar bagi individu dan perusahaan. 

Berdasarkan hasil selidikan Shabab, ada bermacam-macam tujuan dari para spammer dan penjahat dunia maya mengirimkan email sampah ini, diantaranya adalah untuk menghasilkan uang dari sebagian kecil penerima yang benar-benar menanggapi pesan.

Selain itu, ada juga yang bertujuan untuk menjalankan penipuan phishing untuk mendapatkan kata sandi, nomor kartu kredit, detail rekening bank, dan data penting lainnya. Atau alasan lainnya adalah untuk menyebarkan kode berbahaya ke komputer penerima.

Pada tahun 2022, lebih dari setengah atau sebesar 61,1% spam berbahaya yang terdeteksi di wilayah tersebut menargetkan pengguna Kaspersky dari negara Vietnam, Malaysia, Jepang, Taiwan, dan juga Indonesia.

Shabab mengutip setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan sebagian besar email spam yang menargetkan Asia Pasifik, yaitu karena populasi, adopsi layanan elektronik yang tinggi, dan penguncian social di masa pandemi.

"Sejak 2018, jumlah email spam berbahaya yang terdeteksi oleh solusi kami telah mengalami penurunan bertahap setelah mencapai puncaknya pada tahun 2019. Namun, hal ini tidak membuat kotak surat elektronik lebih bersih dan aman," ungkap Shabab dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa, 30 Agustus.